JAKARTA(TEROPONGSENAYAN)-Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDEM) melakukan konsolidasi baru-baru ini 31 Agustus 2021 secara konkret menggelar konsolidasi pada di Rumah Konsolidasi ProDEM, Jalan Veteran 1 No.26, Jakarta Pusat.
Menurut Ketua Majelis ProDEM, Iwan Sumule, menyebutkan konsolidasi yang mereka lakukan adalah sebagai bentuk respon dari pertemuan sejumlah petinggi elite partai koalisi di Istana Negara, beberapa waktu lalu yang berisi puji-pujian untuk Presiden Joko Widodo.
Menurut Iwan Sumule, ProDEM yang saat ini masih vokal, menginginkan perubahan agar rakyat bisa selamat dari pandemi dan hidup sejahtera. Oleh sebab itu pihaknya khawatir pertemuan para elite itu justru membuat hidup rakyat semakin menderita.
Apalagi, kata Iwan, para petinggi partai koalisi yang punya suara mayoritas di DPR itu semua seirama memberi pujian pada Jokowi. Tidak ada yang memberi kritik atas penanganan pandemi, padahal rakyat hidup terseok-seok dan pemerintah sudah mengakui pontang-panting.
“Jadi kalau penguasa konsolidasi, rakyat pun mesti konsolidasi. Jika tidak, maka penindasan terhadap rakyat terus dilakukan penguasa,” tegasnya kepada wartawan, Minggu (5/9/2021).
Iwan menyebutkan, persatuan perjuangan dari para tokoh, pemuda, mahasiswa, buruh, dan agamawan harus dilakukan demi menyelamatkan publik.
Konsolidasi yang dilakukan beberapa waktu lalu di Rumah Konsolidasi ProDEM, menurut Iwan, tidak hanya dihadiri oleh aktivis ProDEM. Tapi ada juga kelompok dari Gerakan Pemuda Islam dan Komunitas Jokowi Close yang antusias dengan upaya menggalakkan konsolidasi dan gerakan-gerakan massa aksi tersebut.
Lebih lanjut Iwan menekankan bahwa para aktivis sepakat pada satu pemikiran. Yaitu pemerintah telah gagal dan harus segera disudahi.
“Karena, jika dibiarkan terus, maka kerusakan akan semakin besar dan recovery atau perbaikan akan semakin lama,” tegasnya.
ProDEM menilai bahwa Indonesia kini sudah dibawa ke tepi jurang kehancuran, baik itu kehancuran sebagai satu bangsa dan kehidupan berbangsa. Cita-cita kebangsaan telah salah arah dan terkhianati.
“Optimisme terhadap perubahan menepis kejenuhan dan kelelahan dalam perjuangan mewujudkan cita-cita kebangsaan,” ujar Iwan Sumule.