Berita
Oleh Aswan pada hari Selasa, 26 Okt 2021 - 20:20:13 WIB
Bagikan Berita ini :

Imbas Syarat Wajib Tes PCR, Banyak Wisatawan Asing Batalkan Pesanan Hotel di Bali

tscom_news_photo_1635254413.jpg
Ilustrasi tempat wisata di Bali (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA(TEROPONGSENAYAN)-Persyaratan wajib melampirkan hasil tes PCR ternyata membuat beberapa wisatawan membatalkan pesanan.

Pernyataan ini dilontarkan oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Karangasem, Bali, I Wayan Kariasa.

Kariasa menyampaikan pemberlakuan kewajiban tersebut membuat biaya liburan membengkak sehingga banyak wisatawan nusantara yang membatalkan perjalanan ke Bali.

"Ternyata, dulunya dengan rapid antigen sekarang harus dengan PCR swab. Jadi, biayanya hampir lima kali lipat naik dari dari harga antigen. Ini cukup beban buat para wisatawan dan juga mengamputasi kita dalam pergerakan ekonomi kita di Bali," kata Kariasa kepada wartawan, Selasa (26/10/2021).

Ia juga menyatakan, dengan diberlakukan kewajiban swab PCR untuk ke Bali, banyak wisatawan yang menjadwalkan ulang pemesanan ulang hotelnya. Hal itu menimbulkan kerugian bagi pihaknya.

(Kalau kerugian) kalau rata-rata harga kamarnya Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu per malamnya. Juga ada teman-teman mengalami hal yang sama, belum lagi booking-an kita dari Eropa sudah masuk kemarin di Bulan Desember juga cancel," jelasnya.

Menurut Kariasa, sejumlah wisman juga membatalkan perjalanan karena kebijakan karantina lima hari.

"Karena beberapa (wisman) yang menanyakan ke saya harus karantina lima hari (jadi) tidak jadi ke Bali dulu. Jadi, dia melihat situasi ke depan sampai situasi betul-betul masuk Bali tanpa karantina. Itu juga menjadi kendala kita," ujarnya.

Ia menilai, kebijakan karantina lima hari dan wajib tes PCR sangat memberatkan wisatawan yang datang ke Bali. Menurutnya, kalau memang ada wajib tes PCR harganya jangan terlalu mahal sehingga tidak memberatkan wisatawan.

"Tadi saya dapat di beberapa grup WhatsApp lain justru harga rapid antigen di Bali yang pengen cepat ada Rp 1,9 juta. Itu sangat gila sekali harganya. Ada informasi seperti itu, jadi ladang bisnis jadinya," ujarnya.

Sementara, untuk karantina wisman selama lima hari seharusnya juga bisa melihat kompetitor Indonesia yaitu Thailand yang tanpa karantina dan menurutnya dengan kebijakan seperti itu bisa saja banyak wisman yang malah beralih ke Thailand.

"Misalnya, Thailand yang rencananya buka bulan November itu kan nol karantina atau tanpa karantina. Nah, dalam hal ini apa sih yang dilakukan di Thailand kok dia bisa membuka pariwisatanya tanpa karantina. Mungkin hal ini, juga perlu dipelajari oleh pemerintah dalam hal ini apa yang dipenuhi," ujarnya.

Selain itu, menurutnya, promosi Thailand yang begitu besar juga menjadi pukulan telak buat pariwisata di Indonesia.

"Thailand menjadi pesaing berat buat Bali, khususnya Indonesia, dalam hal wisatawan mancanegara untuk di masing-masing negara," ujar Kariasa.

tag: #bali  #wisata  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Waka Komisi XIII DPR Pertanyakan Dasar Pemulangan Mary Jane, Ingatkan Agar Tak Langgar Hukum

Oleh Sahlan Ake
pada hari Kamis, 21 Nov 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Wakil Ketua Komisi XIII Andreas Hugo Pareira mempertanyakan dasar hukum kebijakan yang digunakan Pemerintah dalam pengembalian terpidana mati kasus narkotika, Mary Jane ...
Berita

Survei TBRC: Toni Uloli-Marten Taha Unggul Elektabilitas 45,8%

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Timur Barat Research Center (TBRC) merilis hasil survei terkait Pilgub Gorontalo 2024 menjelang hari pencoblosan pada 27 November. Hasilnya, pasangan Toni Uloli-Marten ...