Manuver Jokowi saat injury time kepemimpinannya sekaligus menjelang pelantikan Prabowo sebagai Presiden nyaris tidak pernah berhenti. Sebut saja ajakan makan di hutan kota Plataran- Senayan, peresmian Istana IKN, makan siang di rumah kediaman Solo dan mungkin lebih banyak lagi yang tak bisa dipamerkan.
Prabowo seakan dipepet dari segala penjuru oleh manuver Jokowi tersebut. Hanya Jokowi yang tahu persis maksud dan tujuan manuver itu. Namun sulit untuk menghindari bahwa makna manuver tersebut adalah bentuk cawe-cawe dan demi kepentingan pribadi. Apalagi sebagian dipamerkan ditengah isu panas Fufufafa.
Jika Jokowi sedang mempertontonkan ambisi pribadi, kepentingan sempit dan galau, Prabowo justru sebaliknya. Tetap menjaga sopan santun politik, Prabowo mengimbangi manuver Jokowi dengan elegan. Meski yang dihadapi sudah layaknya "bebek lumpuh", Prabowo tak tergoda pada jebakan kepentingan sempit dan jangka pendek.
Rasanya terlalu picik menganggap Prabowo tidak paham dengan aneka persoalan besar yang akan dihadapi saat usai dilantik sebagai Presiden RI pada 20 Oktober 2024 mendatang. Juga terlalu naif menilai Prabowo tidak paham akan kerusakan sosial, kemunafikan, kemiskinan maupun ketidakadilan menjadi warisan yang harus dia selesaikan.
Prabowo ogah terbawa arus mengedepankan kepentingan sempit dan pribadi. Dia lebih memilih mengajak semua elemen untuk mewujudkan persatuan guna bersama-sama menghadapi aneka tantangan dan persoalan global, memajukan dan kemandirian bangsa, mewujudkan keadilan dan kesejahteraan serta menghapus kemiskinan.
Seperti pernah diungkapkan Presiden Gus Dur, Prabowo adalah pribadi yang ikhlas bekerja untuk rakyat dan bangsa Indonesia. Pengalaman profesional dan kemampuan intelektualnya tak diragukan lagi. Jatuh bangun dimedan pertempuran perang, kompetisi bisnis hingga asam garam persaingan politik telah dilakoninya dengan paripurna rasanya terlalu murah untuk ditukarkan dengan ambisi pribadi dan kepentingan sempit.
Siapapun bisa mencibirnya. Namun belum tentu semua orang sanggup melakoni jalan kehidupan seperti yang dialami Prabowo. Beragam tekanan, hambatan maupun tantangan yang terjal, kejam dan menyakitkan dihadapinya secara ksatria. Bukan berlindung dibalik polesan pencitraan maupun kegenitan politik cawe-cawe urusan orang lain.
Jalan dan takdir politik segera membawanya ke kursi Presiden RI ke 8. Tidak berlebihan jika ini semua buah dari kesabaran, ketekunan dan kepiawaian menyelesaikan setiap masalah dan persoalan yang menghadangnya. Prabowo berhasil membuktikan sebagai pribadi problem solver. Kemampuan yang sangat dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini.(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #