JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Mengikuti pertukaran pelajar adalah cara tercepat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing sekaligus dapat mencicipi pengalaman budaya kehidupan di luar negeri.
Pengalaman tersebut juga akan memberikan kesempatan untuk menjalani kehidupan, seperti layaknya sebagai seorang warga lokal di negara tujuan.
Semakin lama program pertukaran pelajar yang diikuti, semakin dalam pengetahuan suatu budaya. Sehingga memberikan perspektif baru tentang sebuah kehidupan dan ciri khasnya.
Setidaknya itulah yang dirasakan oleh seorang bule, Georgia Smith (18), pelajar asal Lara Secondary College Melbourne, Victoria, Australia selama mengikuti program pertukaran pelajar di salah satu sekolah di Indonesia, yakni sekolah Islam Dian Didaktika di bilangan Cinere, Depok, Jawa Barat.
Georgia, begitu ia akrab disapa, mengaku tak dapat menahan kerinduannya pada Tanah Air yang menurutnya banyak terdapat keunikan budayanya yang sopan dan bersahabat.
Georgia mengaku pertengahan Juni lalu sengaja kembali lagi ke Indonesia demi merasakan langsung berpuasa Ramadhan di negara yang mayoritas berpenduduk Islam.
“Saya sengaja kembali lagi ke sini (Indonesia, red.), untuk merasakan langsung pengalaman berpuasa, ikut sahur dan buka puasa disini,” kata Georgia dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata kepada TeropongSenayan, di Jakarta, Minggu (28/6/2015), akhir pekan lalu.
Sebagai seorang nonmuslim, Georgia mengaku selama beberapa hari berpuasa, dirinya juga ikut terlibat di hampir semua aktifitas umat Islam di bulan Ramadhan, termasuk bangun malam.
Selama menjalani puasa, Georgia juga mengaku tidak merasa lapar sebagaimana jika telat makan diluar bulan Ramadhan. Meski begitu, ia juga tak segan mengakui bahwa kadang-kadang juga merasakan sedikit haus. (bersambung ke: Ketika Seorang Georgia Smith Memaknai Puasa (2))