JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Merger antara PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang menghasilkan entitas baru PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk, tak serta-merta mengakhiri polemik antara FREN dan para investor publik. Gugatan hukum hingga langkah politik kini ditempuh oleh para pemegang waran yang merasa dirugikan atas proses tersebut.
Salah satu pemegang waran FREN, Dopur Eduardus, menyatakan bahwa merger tersebut tidak menghapus potensi kerugian yang dialami investor ritel. Menurutnya, pihaknya akan menempuh berbagai jalur, termasuk litigasi dan komunikasi politik, guna mencari keadilan.
“Kami melakukan komunikasi intensif dengan Komisi XI DPR. Dalam satu atau dua pekan ke depan, kami akan menggelar rapat dengar pendapat (RDP) di DPR,” ujar Dopur kepada awak media di Jakarta, Selasa (29/4/2025).
Dopur menuding adanya pelanggaran terhadap hak investor publik dalam proses penghapusan waran Seri III (FREN-W2) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Ia menekankan bahwa persoalan ini bisa menurunkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia.
“Berdasarkan data kami, waran yang dimiliki masyarakat mencapai sekitar 40 miliar lembar. Jika diasumsikan pembelian pada harga rata-rata Rp30, maka potensi kerugian investor mencapai Rp1,2 triliun. Ini tak bisa dibiarkan,” ungkapnya.
Pihaknya pun telah mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan nomor perkara 203/Pdt.G/2025/PN Jkt Pst, tertanggal 24 Maret 2025. Sidang perdana telah digelar pada Selasa (22/4/2025), namun pihak tergugat disebut tidak hadir. Sidang lanjutan dijadwalkan pada 6 Mei 2025.
Menanggapi hal ini, Bos Sinar Mas, Franky O. Widjaja, menyatakan bahwa perusahaan telah memberikan solusi yang adil, salah satunya berupa opsi konversi waran menjadi saham di entitas baru, PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk.
“Sudah optimal. Kami sudah berunding dengan para investor, dan menurut kami ini yang terbaik,” kata Franky saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Senin (14/4/2025).
Sementara itu, Direktur dan CFO XLSmart, Antony Susilo, menegaskan bahwa fokus perusahaan kini adalah integrasi internal, termasuk aspek operasional, sistem, dan sumber daya manusia.
“Kami sedang menyusun rencana bisnis, dan setelah itu akan kami sampaikan panduan kinerja perusahaan hasil merger ini,” ujar Antony dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (25/3/2025).