JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Sekjend Majelis Pecinta Sholawat Nusantara (Pesona) Nasim Khan mengutuk keras insiden pembakaran masjid bersamaan dengan pelaksanaan sholat ied umat muslim di Tolikara, Papua, Jumat (17/7/2015). Ia mengaku curiga peristiwa tersebut dilakukan secara politis oleh oknum tertentu untuk merongrong kedamaian di Indonesia.
"Yakin dilakukan oknum politik untuk memprovokasi," kata Nasim kepada TeropongSenayan di Jakarta, Sabtu (18/7/2015).
Berpijak dari peristiwa itu, anggota komisi VI itu mengaku heran mengapa kekerasan atas nama agama justru lebih banyak terjadi di daerah yang berpenduduk minoritas beragama muslim. Menurut dia, fakta menunjukkan bahwa peristiwa yang sama justru kecil terjadi di daerah yang penduduknya mayoritas muslim.
"Kita harus objektif. Mari buka pandangan kita keseluruh antero bangsa kita. Dimana ada daerah yang mayoritas muslim, yang minoritas tak tertindas. Sebaliknya, kita akui fakta dimana tempat yang mayoritas penduduknya beragama selain umat muslim, kaum minoritas pasti terintimidasi, tertindas kebebasannya. Coba jujur kita lihat umat muslim di negara lain, dimana yang mayoritas bukan muslim. Masalah hijab dilarang seperti di Perancis dan negara-negara lain di eropa. Intimidasi penindasan di Rohingya, Myanmar dan lain-lain," ujar anggota fraksi PKB DPR RI itu.
Lebih lanjut Nasim mengimbau supaya seluruh elemen masyarakat di Indonesia tidak mudah diprovokasi untuk melakukan tindakan kekerasan yang menurutnya melanggar hukum dan ajaran agama. Nasim juga berpesan masyarakat segera sadar bahwa saat ini ada sinyalemen politis yang berusaha merusak citra Islam dengan upaya membenturkan dengan umat yang lain.
"Semisal setiap ada masalah teror, dianggap Islam melakukannya. Padahal terbukti orang-orang mereka sendiri dalangnya. Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Berakhlak dengan nilai toleransi yang sangat tinggi," ungkapnya. (mnx)