Angkatan Darat Korea Utara (KPA) menyatakan pasukan garis depan berada dalam keadaan ‘bersenjata lengkap, siaga perang’ sesuai dengan keinginan Kim Jong-un menjelang tenggat ultimatum pada Sabtu (22/08/2015).
”Situasi yang saat ini mencapai permulaan perang, sulit dikendalikan,” kata Kementerian Luar Negeri Korut.
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, mengutip sebuah sumber militer yang menyebutkan Korut telah memobilisasi unit artileri ke dekat perbatasan. Diduga unit artileri itu disiapkan untuk menyerang 11 pengeras suara yang memutar siaran propaganda ke arah perbatasan Korut.
Akan tetapi, pemerintah Korsel menyatakan akan melanjutkan siaran tersebut. ”Kami siap merespons dengan kuat setiap provokasi Korea Utara,” kata juru bicara kantor kepresidenan Korsel.
Pernyataan itu sejalan dengan sikap Presiden Korsel Park Geun-hye yang mengenakan seragam militer dalam siaran langsung televisi, Jumat (21/08/2015). Kala itu, dia menyampaikan kepada komandan militer Korsel bahwa aksi provokasi Korut ‘tidak akan ditoleransi’.
Sebagai aksi penggentar, empat pesawat jet F-16 milik militer Amerika Serikat dan empat pesawat jet F-15K milik Korsel mensimulasikan serangan pengeboman yang dimulai dari pesisir timur Korsel ke pangkalan militer AS di Osan, dekat Seoul.
Baku Tembak
Koresponden BBC di Seoul, Korsel, Steve Evans, mengatakan posisi kedua negara tersebut lebih serius dari biasanya. Bahkan, menurut Evans, semua warga sipil di wilayah perbatasan Korsel telah diungsikan.
Perselisihan kedua negara selama beberapa hari terakhir bermula tatkala Korsel mengarahkan siaran propaganda ke wilayah Korut di perbatasan. Siaran itu berisi buletin berita, perkiraan cuaca, dan musik.
Korut lalu menembakkan artileri di sepanjang perbatasan untuk memprotes siaran propaganda tersebut. Korsel kemudian balas menembakkan artileri ke wilayah Korut dekat perbatasan kedua negara.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un kemudian memerintahkan pasukan di garis depan pertahanan untuk siaga perang.
Korut memperingatkan bahwa akan menempuh aksi militer apabila Korea Selatan tidak menghentikan siaran propaganda di perbatasan dan membongkar fasilitas siaran dalam kurun 48 jam. Ultimatum itu akan mencapai tenggat pada Sabtu (22/08/2015) pukul 17.00 waktu Pyongyang.
Korut dan Korsel sejatinya masih dalam status berperang karena pertempuran antara keduanya pada periode 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, alih-alih kesepakatan damai. (iy/bbc).