JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pada hari-hari biasa di DPR, penampilannya selalu klimis, rapi dan formal ala anggota DPR, sepadan dengan wajahnya yang tampan. Sudah dua periode jadi wakil rakyat, wajar saja kalau kader PDI Perjuangan Effendi Muara Sakti Simbolon, agak faham hitam putih dunia 'persilatan' di negeri ini.
Awal menjadi anggota DPR berada di Komisi I yang membidangi masalah pertahanan dan politik luar negeri. Peberapa tahun terakhir menjelang berakhir masa bhakti DPR 2009-2014 ia pindah ke Komisi VII dan periode 2014-2019 sepertinya juga akan bercokol di komisi yang mengurus soal migas.
Membidangi soal migas, sehingga bicara kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tampak faham. Pernyataan Effendi Simbolon pun ditunggu-tunggu. Maklum, suaranya sumbang, berbeda dengan induk partainya yang selalu menolak harga BBM naik kini jadi mendukung.
"Penolakan saya bukan membabi buta. Keyakinan saya, dinaikkan berapapun akhirnya bukan untuk rakyat. Anda yakin dengan BBM naik Rp2.000 rakyat sejahtera,? Saya kira tidak. Kalau memang ada jaminan rakyat sejahtera, naikkan saja langsung tiga kali lipat," ujarnya.
Beberapa kali tampil di publik, gaya pakaian Effendi berbeda dengan biasanya. Bahkan dalam satu diskusi pria kelahiran Banjarmasih 1964 ini satu-satunya yang berpakaian santai. Anak tentara itu mengenakan t-shirt warna biru garis-garis putih model slim fit (pas di badan) dengan sepatu kets dan celana jeans. Penampilannya tidak mengubah suaranya yang tetap nyaring.
"Gue nolak harga BBM karena situasinya masih kayak begini. Jokowi katanya mau berantas mafia migas, tapi justru memberi selimut supaya mereka nyenyak tidur, " katanya. "Saya nggak takut dipecat dari PDIP. Saya ini khan cuma outsourcing, kapan di-hire dan kapan dipecat, anytime bisa dipecat. Yang penting anak-anak saya tidak dipermalukan oleh ayahnya."(ss/b)