SURABAYA (TEROPONGSENAYAN) - Lima mahasiswa Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya membuat sekrup tulang antibakteri.
"Sekrup yang selama ini terpasang pada tulang dapat mengalami korosi (berkarat) sehingga membahayakan tubuh," kata Imroatus selaku ketua tim di Surabaya, Rabu (15/6/2016)
Ia menjelaskan bahwa sekrup untuk menguji antibakteri pada tulang itu telah terbukti bahwa bahan kitosan sebagai coating ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus di sekitar luka.
Bersama keempat temannya, yaitu Andini, Nurul, Bagus, dan Rhisma, dia mengatakan bahwa keunggulan dari sekrup itu di antaranya "biodegradable" karena tulang terfiksasi.
"'Screw' akan terdegradasi dalam sistem metabolisme tubuh sehingga tidak perlu pengambilan kembali," kata mahasiswa angkatan 2012 itu.
Menurut dia, penelitiannya itu berawal dari penanganan kasus patah tulang yang dilakukan fiksasi internal tulang menggunakan sekrup dan pelat berbasis logam, yaitu platina dan stainstess steel.
"Namun, penggunaan kedua bahan platina dan stainstess steel bukan tanpa kendala. Meskipun logam platina memiliki sifat mekanik yang baik, harganya relatif mahal," tuturnya.
Selain itu, penggunaan stainless steel dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan korosi (berkarat) yang membahayakan tubuh, metode ini dirasa kurang efektif karena sekrup dan pelat yang digunakan harus diambil setelah tulang tersambung kembali," paparnya.
Menurut dia, pengambilan sekrup inilah yang kemudian menyisakan lubang pada tulang dan menimbulkan permasalahan baru. Dengan adanya penelitian tersebut, bisa memberikan solusi.
"Sekrup tersebut terbuat dari nano hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2] dan POC [Poly (1,8-octanediol-co-citrate)]. Material ini dipilih sebagai kandidat biodegradable bone screw karena POC memiliki beberapa sifat keunggulan," katanya.
Kandidat biodegradable bone screw, lanjut dia, memiliki beberapa sifat, yaitu nontoksik, biokompatibel, biodegradable, sintesisnya relatif mudah, dan meningkatkan sifat mekanik.
"Nano hidroksiapatit berfungsi sebagai 'filler' karena kompatibel terhadap jaringan tulang, kemudian kitosan sebagai coating yang bersifat antibakteri melalui kelompok amino bermuatan positif yang mengikat muatan negatif membran bakteri," katanya.
Hasil dari karakterisari sekrup tulang itu memiliki kekerasan 1482,68 MPa, di atas kekerasan tulang manusia, 150 s.d. 664 MPa, dan kekuatan tekan sebesar 8,14 MPa sesuai dengan kuat tekan tulang cancellous antara 2 dan 12 MPa.
"Dari uji antibakteri, telah terbukti bahwa bahan kitosan sebagai coating ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus di sekitar luka," katanya. (icl)