JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu menilai, langkah Presiden Joko Widodo keliru menempatkan Arcandra Tahar sebagai wakil menteri (Wamen) ESDM, mendampingi Ignasius Jonan sebagai menteri ESDM.
Pasalnya, kata Ketua Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Arief Poyuono, Arcandra belum mempunyai pengalaman dalam mengambil kebijakan yang strategis untuk Indonesia, khususnya dalam bidang energi.
"Jangan Arcandra dong (Wamen-nya) karena sukses kerja di Amerika Serikat dagang sparepart alat-alat pertambangan dianggap mampu untuk menjadi pejabat negara, pengambil keputusan dalam bidang ESDM," ujar Arief kepada TeropongSenayan, Jakarta, Sabtu (15/10/2016).
Lebih jauh, Arief mengungkapkan, tugas berat Jonan sebagai menteri ESDM sudah menanti. Di antaranya, soal relaksasi ekspor konsentrat yang selama ini belum siap, lantaran tidak ada smelter untuk mengolah.
"Nikel dengan kandungan 1,8 persen harus bisa ekspor karena mempunyai harga yang cukup tinggi," ucapnya.
Selain itu, terang Arief, Jonan diharapkan bisa menurunkan harga gas bumi dan meningkatkan kapasitas gas untuk kebutuhan nasional.
"Sebab saat ini harga gas bumi dan gas bumi yang digasifikasi sangat mahal dan menyebabkan produk-produk industri nasional menjadi mahal, dan sulit bersaing dengan negara Industri lainnya," ujarnya.
Wakil ketua umum Partai Gerindra itu juga berharap Jonan dapat mempercepat proyek pembangkit listrik 35.000 Megawatt, yang menjadi target dari Presiden Joko Widodo.
"Akibat harga gas bumi dan Listrik yang sangat mahal dibandingkan di negara-negara regional telah meyebabkan banyaknya Industri Industri di Indonesia pindah ke negara-negara yang biaya energinya jauh lebih murah dari Indonesia," tutupnya.(yn)