Opini
Oleh Ferdinand Hutahaean pada hari Jumat, 28 Okt 2016 - 09:26:19 WIB
Bagikan Berita ini :

Indonesia Itu Tanah Pusaka, Tidak Untuk Diserahkan ke Bangsa Asing

89ferdinanhutahean.jpg
Ferdinand Hutahaean (Sumber foto : arisekone/teropongsenayan)

disana tempat lahir beta
dibuai dibesarkan bunda
tempat berlindung dihari tua
hingga akhir menutup mata

Itulah sepotong bait lagu yang melukiskan sebuah kecintaan kepada Indonesia dan harapan bahwa Indonesia kelak akan menjadi tempat berlindung dihari tua dan menjadi tempat akhir menutup mata. Sebuah harapan berbasis kecintaan kepada Indonesia. Siapapun ingin menutup mata terakhir kali dipelukan orang yang dicintai, begitu jugalah kenapa penulis lagu tersebut ingin menutup mata terakhir kali dipelukan Indonesia.

Harapan dalam lagu tersebut terus menggema dan menjadi harapan bagi setiap orang Indonesia yang cinta bangsanya. Namun melihat situasi saat ini, sepertinya harapan dalam lagu itu menjadi sangat sulit dipenuhi. Banyak orang tua terusir dari rumahnya atas nama penataan kota. Banyak orang tua tidak tahu akan menutup mata dimana karena tempat berlindungnya dibongkar paksa tanpa ada yang melindunginya.

Kemana lagi rakyat ini akan mengadu? Semua saluran mengadu tidak perduli atas duka dan keprihatinan rakyatnya. Lembaga kepresidenan bahkan terdiam seakan mengamini atau bahkan turut serta dalam proses penggadaian negeri ini kepada bangsa asing. Rakyat digusur tanpa perikemanusiaan, kemudian dibangun pemukiman mewah untuk menampung kalangan mampu.

Negara tidak lagi hadir untuk semua golongan secara adil. Negara berubah menjadi layaknya sebuah perusahaan yang wajib menghasilkan laba bagi pemegang sahamnya. Pemerintah bekerja laksana managemen perusahaan yang diangkat pemegang saham dan mutlak bekerja hanya melaksakan amanat pemegang saham demi keuntungan pemegang saham, sementara rakyat dijadikan objek ekploitasi kepentingan. Ini adalah bentuk penyimpangan pelaksanaan negara. Karena yang seharusnya rakyat adalah tuan dan pemerintah adalah pelayan rakyat.

Indonesia itu tanah pusaka. Indonesia itu tanah leluhur bukan tanah imigran. Indonesia itu dibangun dan dibentuk dari darah dan nyawa para pejuang bangsa. Didirikan atas kesadaran luhur para leluhur bangsa yang terdiri dari suku suku asli Indonesia yang menyebar diseluruh nusantara dalam bentuk pemerintahan kerajaan-kerajaan nusantara dengan berbagai macam budayanya.

Indonesia for Indonesian, Indonesia untuk Orang Indonesia, Merdeka atau Mati, begitulah sepotong kalimat-kalimat pendek masa revolusi kemerdekaan yang tertulis ditembok, dinding dan tentu didalam jiwa para pejuang dan pendiri bangsa ini. Dengan begitu, siapakah kita ini sekarang hingga berani melecehkan kalimat-kalimat perjuangan diatas dengan menyerahkan Indonesia kepada bangsa asing? Indonesia dimerdekakan untuk orang Indonesia. Apa yang dilakukan oleh pemerintah sekarang adalah membawa bangsa ini menjadi embel-embel bangsa asing dengan mengabaikan kedaulatan negara demi kekuasaan. Apakah ini harus dibiarkan?

Indonesia itu tanah pusaka. Titipan anak cucu Indonesia yang harus dijaga dan dilindungi segenap tumpah darahnya. Membangun tanpa menggadaikan kedaulatan adalah kata kunci keutuhan negara karena memimpin bukanlah kepura-puraan jadi pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang melindungi segenap tumpah darah Indonesia, bukan yang menggadaikan negara demi kekuasaan.

Sekali lagi, INDONESIA ITU TANAH PUSAKA bukan tanah rampasan. Pusaka yang tidak boleh diserahkan kepada bangsa asing. Pusaka yang harus diteruskan turun temurun kepada generasi penerus yang punya genetika Indonesia bukan kepada yang pura-pura jadi orang Indonesia.

Mari jaga Tanah Pusaka, kita lawan segala bentuk upaya penghilangan identitas kepusakaan Indonesia. Indonesia untuk orang Indonesia....!!

Mari bersatu, satukan langkah satukan hati, rebut Indonesia dari penjajahan baru. Bersatu menangkan Jakarta untuk rakyat... menangkan Indonesia untuk Indonesia...!!(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
IDUL FITRI 2025 AHMAD NAJIB Q
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
IDUL FITRI 2025 WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2025 HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2025 HERMAN KHAERON
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Presiden Trump Janganlah Jadi Kiai Jarkoni

Oleh Fuad Bawazier Menteri Keuangan Era Orde Baru
pada hari Kamis, 24 Apr 2025
Amerika Serikat adalah negeri tempat kita banyak belajar. Para politisi, ekonom dan banyak disiplin ilmu kita belajar di sana. Para dosen dan birokrat kita juga belajar beragam ilmu di Amerika dan ...
Opini

DENNY JA: PERLU DIBENTUKNYA PUSAT STUDI AGAMA DAN SPIRITUALITAS ERA AI

“Tak satu pun institusi keagamaan, tak satu pun ulama, pendeta, biksu, atau pastur—seberbakat apa pun mereka—dapat menandingi kemampuan Artificial Intelligence dalam membaca jutaan ...