Opini
Oleh Asyari Usman (Mantan Wartawan BBC) pada hari Selasa, 11 Apr 2017 - 22:35:24 WIB
Bagikan Berita ini :

Teror KPK : Orang Awam Bisa Duga, Harusnya Polisi Bisa Tangkap

43IMG_20170201_194417.jpg
Asyari Usman (Mantan Wartawan BBC) (Sumber foto : Istimewa )

Sejauh ini, Polisi mengatakan mereka belum mendapatkan identitas dua teroris yang menyerang Novel Baswedan, penyidik senior di KPK. Kalau dirujuk ke standar kecekatan Densus 88 dalam mengidentifikasi para anggota kelompok yang mereka sebut teroris Islam di Indonesia selama ini, seharusnya dalam waktu 24 jam dua teroris anti-KPK itu sudah bisa tertangkap. Kita lihat saja dalam 4-5 jam mendatang.

Kalau Polisi mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi kedua teroris, maka hal itu merupakan “bahasa sandi” bahwa Pak Polisi sedang berhadapan dengan “kekuatan hitam” (dark forces) yang tidak mudah untuk dilumpuhkan. Orang awam saja sudah bisa menyambungkan serangan air keras itu ke sejumlah kasus korupsi ukuran superbesar. Masa iya Polisi radarnya “rusak” ketika menghadapi pihak yang sebetulnya musuh nyata negara ini?

Kedengaran terlalu “leceh” kalau nanti ada orang yang menilai Polisi hanya mampu memburu target lunak saja, tetapi tidak sanggup menghadapi teroris yang bermotivasi untuk menghancurkan Indonesia melalui korupsi. Seharusnya banyak organ keamanan, baik yang ada di lingkungan Polri maupun di lembaga lain, yang bisa mempercepat penangkapan kedua teroris.

“Negara tidak boleh kalah,” kata Buya Syafiri Maarif dalam referensinya terkait dengan apa yang beliau sebut sebagai kelompok ektrem yang menganut “teologi maut” yang diistilahkannya. Buya mengatakan itu sebagai pertanda kejengkelan beliau terhadap kaum tertindas yang belakangan ini melancarkan aksi-aksi damai.

Sebetulnya, terhadap terror yang mengintimidasi KPK inilah sangat pantas dikatakan agar “negara tidak boleh kalah”. Sebab, orang-orang yang melancarkan aksi damai tidak pernah melakukan cara-cara teror seperti yang dilakukan terhadap Novel Baswedan.

Presiden Joko Widodo, dan boleh dikatakan semua pihak, meminta Polisi agar menangkap kedua teroris dan aktor intelektual yang mengupah mereka. Kita yakin Polisi dengan Densus 88-nya tidak akan kesulitan untuk mencari informasi tentang kedua teroris yang menyerang KPK itu.

Kemungkinan kesulitan itu adalah bahwa kedua teroris bukan orang sembarangan; tidak seperti buruan Densus 88 yang selama ini mudah dikepung dan ditangkap atau ditembak mati.(*)

(Artikel ini adalah opini pribadi penulis, tidak ada kaitannya dengan BBC).

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
IDUL FITRI 2025 AHMAD NAJIB Q
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
IDUL FITRI 2025 WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2025 HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2025 HERMAN KHAERON
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Presiden Trump Janganlah Jadi Kiai Jarkoni

Oleh Fuad Bawazier Menteri Keuangan Era Orde Baru
pada hari Kamis, 24 Apr 2025
Amerika Serikat adalah negeri tempat kita banyak belajar. Para politisi, ekonom dan banyak disiplin ilmu kita belajar di sana. Para dosen dan birokrat kita juga belajar beragam ilmu di Amerika dan ...
Opini

DENNY JA: PERLU DIBENTUKNYA PUSAT STUDI AGAMA DAN SPIRITUALITAS ERA AI

“Tak satu pun institusi keagamaan, tak satu pun ulama, pendeta, biksu, atau pastur—seberbakat apa pun mereka—dapat menandingi kemampuan Artificial Intelligence dalam membaca jutaan ...