JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Anggota Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarti menilai penyelesaian kasus teror penyiraman air keras yang menimpa penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berpotensi serupa dengan perkara pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Munir Said Thalib.
Dalam hal ini, kasus tewasnya pejuang HAM tersebut baru terungkap setelah lebih dari tujuh bulan. Munir dibunuh oleh Pollycarpus Budihari yang diduga dibekingi oleh pejabat-pejabat penting di Indonesia. Namun demikian, kasus kematian Munir tersebut hingga kini dinilai masih janggal.
"Sama seperti kasus Munir yang pada bulan ketujuh, Pollycarpus baru dijadikan tersangka. Karena pada saat itu alat bukti baru didapatkan," kata Poengky dalam diskusi bertema bertema "Kasus Novel setelah 200 hari" yang diselenggarakan oleh Populi Center di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (4/11/2017).
Sejauh ini, kata Poengky, jajaran Kepolisian sudah melakukan upaya yang cukup maksimal dalam menuntaskan kasus Novel Baswedan. Bahkan, metode yang digunakan pihak kepolisian dengan menganilisis wajah pelaku sudah diupayakan hingga meminta bantuan penegak hukum Australia.
Hanya saja, Poengky menilai ada perencanaan yang cukup matang dari pelaku dan dalang penyerangan Novel Baswedan. Oleh karenanya, pihak kepolisian cukup kesulitan untuk mengumpulkan tanda-tanda pelaku dan dalam penyerangan terhadap Novel Baswedan.
"Namun, kasus (air keras) ini cenderung sulit. Kalau Novel ini terencana. Saat melaukan kekerasan, pelaku sudah berfikir dan tahu akan berbuat apa setelah (menyerang Novel) ini," tandasnya.
Sekadar informasi, Hampir tujuh bulan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan menjalani perawatan mata di rumah sakit di Singapura. Kedua matanya terluka usai disiram air keras oleh orang tidak dikenal pada April 2017, lalu.
Novel pun sempat menjalani operasi besar di bagian mata kirinya pada bulan lalu. Namun demikian, dokter yang merawat kondisi mata Novel menganjurkan agar penyidik senior lembaga antirasuah tersebut dilakukan operasi kembali.
Namun demikian, belum ada titik terang siapa pelaku maupun dalang dalam penyerangan yang diduga sistematis dan berencana terhadap Novel Baswedan. (icl)