Opini
Oleh Alhadi Muhammad pada hari Senin, 13 Nov 2017 - 15:37:10 WIB
Bagikan Berita ini :

Elo Jual Gue Beli

36IMG-20171113-WA0005.jpg
Alhadi Muhammad (Sumber foto : Istimewa )

Suprise juga saya terima tulisan dari group WA, lulusan Sekolah Kanisius yang bernama Ananda Sukarlan (saya gak tau angkatan berapa). Dia marah, lalu menggerutu seperti anak kecil, meratapi kekalahan dukungannya Ahok di Pilkada DKI 2017. Dia katakan kemenangan Anies Sandi tidak sesuai standar Kanisius. Sebelum gerutuannya di podium, dia dan pengikutnya keluar ruangan saat pak Anies berpidato. Sungguh bentuk prilaku tidak beradab lulusan Kanisius, dan mungkin di amini oleh Kepala sekolah tersebut dengan memberikan applause dan jabat salam.

Ananda Sukarlan jika besar di Jakarta tentu tau posisi Sekolah Kanisus, buat kami sekolah tersebut sama saja dengan sekolah berlatar agama lainnya, tidak ada yang istimewa. Dalam peringkat prestasi sekolahpun, bagi kami biasa saja, tidak bisa diukur dengan sekolah unggulan seperti SMA 8, 3, 6, 70 atau sekolah besar lainnya. Bisa disebut unggulan karena untuk masuk ke sekolah tersebut, kami harus melalui kualifikasi yang sangat ketat dari sisi akademis, bukan karena uang seperti sekolah swasta. Dimata kami, anda bukan siapa-siapa.

Sambutan Ananda Sukarlan seperti mengusik kami, menyeret ranah pendidikan dalam kebencian politik. Kekalahan dalam demokrasi hal yang lumrah, cuman yang tidak lumrah ketika kekalahan menjadi dendam dan kebencian lalu mengakar dan merusak mental. Saya tidak tau apakah memang demikian pendidikan yang didapat di Sekolah Kanisius, yaitu merawat kebencian dan dendam. Tidak bisakah energi kekalahan dan dendam dilampiaskan dalam bentuk yang produktif, misal mengawal janji yang diusung pemenang.

Tapi karena sudah kepalang basah, Ananda Sukarlan memperlihatkan kebenciannya, tentu kami juga memberikan apresiasi yang seimbang. Teringat Sari Roti yang begitu reaktif terhadap aksi umat saat 212, kali ini kami akan reaktif, setiap ada produk seni dan kebudayaan atau produk lainnya yang menyertakan anda, kami akan bersikap sama. Kami "keluar", mengabaikan, membuang, jika perlu kami mencaci bahwa seni budaya yang anda usung adalah produk budaya kebencian sehingga tidak pantas ada di tengah-tengah kami. Elo jual gue beli.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
RAMADHAN 2025 H ABDUL WACHID
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
RAMADHAN 2025 M HAEKAL
advertisement
RAMADHAN 2025 AHMAD NAJIB Q
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Pulau Penjara Korupsi

Oleh Cak AT (Ahmadie Thaha)
pada hari Jumat, 14 Mar 2025
Prabowo Subianto, dengan gayanya yang khas, kembali melontarkan gagasan yang menggugah imajinasi: penjara khusus koruptor di pulau terpencil, lengkap dengan hiu-hiu dan buaya lapar yang berjaga di ...
Opini

Aroma Sedap Dwifungsi TNI

Ah, Indonesia. Negeri yang reformasinya seperti diet —niatnya sih langsing, tapi akhirnya kembali melar juga. Dulu, rakyat berteriak menolak dwifungsi ABRI. Mahasiswa turun ke jalan, aktivis ...