JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Pergeseran budaya dan etika di masyarakat Indonesia saat ini sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan. Dampaknya, masyarakat mudah tersulut provokasi. Sehingga bisa melahirkan benturan-benturan psikologis dan sosiologis antar masyarakat. “Masyarakat melihat perilaku elit-elit kita tidak mendorong perubahan ke arah yang lebih baik," kata anggota Fraksi Partai NasDem MPR RI H. Ahmad Sahroni, SE kepada TeropongSenayan di Jakarta, Rabu (25/3/2015).
Pengalaman ini diperolehnya, kata Ahmad Sahroni, saat melakukan sosialisasi 'Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara' di Daerah Pemilihan DKI Jakarta III meliputi Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kabupaten Kepulauan Seribu. "Saat ini rakyat semakin mudah terpancing isu-isu terkait suku, agama dan rasa (SARA) dan gampang sekali bertindak anarkis," terangnya seraya menceritakan kegiatan sosialisasi itu berlangsung dilaksanakan di Balai pertemuan Kebon Bawang diikuti masyarakat dari daerah Semanan, Kalideres, Jakarta Barat.
Dia menilai sikap abai terhadap budaya dan etika berlangsung secara massif di hampir semua segi kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa disadari, budaya dan etika mengalami proses marginalisasi secara serius sedemikian rupa.
Menurut anggota Komisi XI DPR ini, peminggiran nilai budaya dan etika ini diakibatkan transaksi informasi global dan pola pikir pragmatis-materialisme. “Pertikaian antara Gubernur DKI Jakarta dan DPRD, misalnya, menambah skeptis masyarakat akan komitmen pemerintah membangun Jakarta yang lebih baik ke depan,” jelasnya.
Lebih jauh Sahroni menilai pergeseran nilai-nilai budaya dalam masyarakat salah satu diantaranya dipengaruh dari globalisasi dan pengaruh budaya lain. Derasnya arus globalisasi yang melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, telah menyebabkan krisis multidimensional yang berkepanjangan dan merusak tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Akibatnya, nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang membawa bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan mulai dilupakan, bahkan ditinggalkan, seolah berganti dengan nilai lain yang memudarkan rasa, paham, maupun semangat kebangsaan. “Apabila kondisi ini dibiarkan, jelas akan memperparah keadaan, bahkan dapat menimbulkan perpecahan bangsa,” tutur Plt Ketua DPW Nasdem DKI Jakarta. (ec)