Opini
Oleh Asyari Usman (Wartawan Senior) pada hari Sabtu, 13 Jan 2018 - 09:28:58 WIB
Bagikan Berita ini :

La Nyalla Mattalitti : Model Cagub Sumbu Pendek

68IMG_20171117_072001.jpg
Asyari Usman (Wartawan Senior) (Sumber foto : Istimewa )

Semua kejadian ada hikmahnya. Dalam hal La Nyalla Mattalitti (LNM) yang marah-marah karena tak jadi ikut pilgub Jawa Timur, hikmahnya adalah bahwa politisi kader Gerindra itu terbilang hampir tak punya sumbu. Alias, sumbu pendek. Dia gampang meledak-ledak. La Nyalla begitu mudah menyala.

Bagi Prabowo Subianto (PS), kasus sumbu pendek ini bisa dijadikan pelajaran agar di masa yang akan datang perlu lebih hati-hati lagi dalam urusan biaya yang harus disediakan oleh seorang bakal calon yang ingin ikut pilkada. Bisa jadi La Nyalla menyangka uang 40 miliar yang harus disediakannya itu adalah untuk pribadi PS. Padahal, uang itu akan digunakan untuk honor para saksi di 86 ribu lebih TPS (tempat pemungutan suara) di seluruh Jawa Timur.

Rasanya, tak mungkin juga La Nyalla tidak tahu penggunaan uang itu. Tetapi, bisa jadi dia mengira bahwa sekitar 200 ribu saksi TPS tidak diberi uang makan.

Ke partai mana pun La Nyalla pergi, dia tidak akan bisa mengelakkan dana sumbangan untuk proses pilkada. Semua partai pasti akan meminta dana untuk membiayai tahapan pilkada, terutama pada hari H pilkada tsb.

Setiap parpol memberlakukan syarat itu. Biar pun partai yang kaya raya, seperti PDIP, Partai Demokrat, Partai Golkar, dll. Bahkan, bisa jadi ketua umum parpol yang “tidak sekaya PS” akan mengenakan tarif yang berkali-kali lipat lebih tinggi dari sekadar biya saksi TPS. Sebab, ketum atau pemilik partai sudah biasa minta “uang mahar”. Semacam “uang hangus”-lah negitu.

La Nyalla termasuk diminta “tak banyak”, hanya 40 miliar rupiah. Kalau dihitung biaya-biaya lain, La Nyalla harus menyediakan sekitar 60 miliar untuk membiayai beberapa tahapan pilkada sampai hari pencoblosan.

Gerindra tidak sampai sebegitu jauh. Saksi hidup telah menyampaikan testimoni mereka. Ridwan Kamil (walikota Bandung) dan Sandiaga Uno (wagub DKI) mengatakan bahwa PS tidak pernah meminta mahar ketika Gerindra mengusung mereka.

Kita berharap agar LNM menyadari bahwa dia telah mengkhinati kekaderannya dengan memgatakan PS meminta 170 miliar. Dengan mwngatakan itu, LNM tidak hanya sekadar marah karena tak jadi ikut pilgub Jatim. Boleh jadi ada pihak lain yang sengaja ingin menjatuhkan nama PS lewat mulut LNM.

Semoga bukan itu tujuan pembeberan peristiwa oleh LNM. Mudah-mudahan saja La Nyalla sedang membersihkan sumbunya yang pendek itu.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Panggilan Jiwa Perjuangan: Melawan Ketidakadilan di Pantai Utara Banten

Oleh M. Said Didu
pada hari Selasa, 21 Jan 2025
Sabtu, 18 Januari 2025, dalam perjalanan menyusuri pantai dari Serang, hati saya tergugah oleh bisikan nurani untuk menunaikan shalat Magrib di Desa Muara. Desa ini, bersama desa-desa lainnya, telah ...
Opini

Peran Publik dalam Mengawal Kebijakan: Dari Reaksi hingga Tindakan Nyata

Polemik penerbitan sertifikat di atas laut PIK-2 mencuat berkat tekanan dan reaksi keras publik. Hal ini menunjukkan bagaimana masyarakat dapat berperan sebagai pengawas aktif dalam menjaga ...