JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Direktur Eksekutif Institute for Strategic and Indonesian Studies (ISIS) Kisman Latumakulita mengatakan pernyataan Kapolri Tito Karnavian soal ormas yang ingin merontokan NKRI bukan isapan jempol belaka.
Menurutnya, keiinginan untuk membubarkan NKRI dengan mengganti dasar dan ideologi negara Pancasil itu bukan saja datang dari kelompok orang dan ormas tertentu, tetapi juga keinginan itu ada dan terpendam pada Partai Politik tertentu.
"Namun keiinginan Partai Politik tertentu itu untuk sementara masih dipendam dalam-dalam dulu, sambil menunggu kondisi, momentum yang pas serta memungkinan barulah disampaikan ke publik secara terbuka," kata dia kepada wartawan di Jakarta Rabu (31/01/2018).
"Jadi yang disampaikan Kapolri Tito itu sebagai antisipasi dalam mencermati dan mengantisipasi kondisi bangsa dan negara kita kekinian. Bukan sebelum atau saat kemerdekaan. Bagaimana cara mencegah dan mengatasinya ? Salah satunya dengan cara Kapolri Tito memerintahkan seluruh jajaran kepolisian pada semua tingkatan harus rajin-rajin menjalin komunikasi dan silaturrahmi dengan NU dan Muhammadiyah," ujar Kisman yang juga kader Partai Nasdem itu
Bahwa NU dan Muhammadiyah dengan seratus jutaan lebih jamaah hari ini adalah kenyataan dan kekuatan politik non struktural yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya sebagai salah satu komponen penyangga dan penjaga terdepan ideologi negara Pancasila dari setiap rongrongan, ujarnya.
"Kalau memang kenyataannya demikian, maka apa yang salah dari pernyataan Kapolri Tito tersebut? Toh toh tidak ada satu penggal kata atau kalimat dari pernyataan Tito itu yang mengecilkan peran para pejuang dan ormas Islam sebelum dan saat kemerdekaan," tanya dia.
Untuk itu Kisman menghimbau tokoh-tokoh Islam, termasuk Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Tengku Zulkarnaen dan Politisi PPP Lukman Hakim agar tak bersikap berlebihan atau over dalam menanggapi pernyataan Kapolri Tito.
"Sebaiknya sampaikan saja saran, koreksi atau teguran kepada Kapolri Tito dalam bentuk nasehat, sebagai wujud tausiyah atau tawasaubil haq dan watawasaubis shobri. Apalagi KH Tengku Zulkarnain adalah ulama yang harus saling menasehati. Bukan malah membuat pernyataan yang menghujat atau menghina dan intelektualitas Tito," tandasnya.
"Begitu juga dengan politisi PPP Bang Lukman Hakim. Sebagai muridnya pak Muhammad Natsir dan mudanya dulu Bang Lukman adalah aktivis Islam dan aktivis Mesjid di Kramat 45 maskas Dewan Da'wah Islamiah Indonedia (DDII) bagusnya tabayyun dululah. Sampaikan dan tanyakan dulu ke Kapolri Tito apa maksud dan tujuan dari pernyataannya tersebut. Jangan sampai yang dimaksud Tito itu di barat, sedangkan yang ditanggapi oleh bang Lukman dan KH. Tengku Zulkarnain itu di Timur," tambahnya. (icl)