JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--PT Dirgantara Indonesia (PT DI) terus mengembangkan produksi pesawatnya. Sejumlah negara di Benua Afrika mulai melirik pesawat buatan PT DI.
Salah satunya, PT DI telah menjalin kerja sama dengan Trade Belgium Company, mitra bisnis dari Pemerintah Senegal dan Pantai Gading dengan menandatangani Framework Agreement untuk penjualan 2 unit pesawat NC212-200 Maritime Surveillance Aircraft (MSA) dan 1 unit CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA) kepada Angkatan Udara Senegal, serta 1 unit CN235-220 Military Transport kepada Angkatan Udara Pantai Gading.
Direktur Utama PT DI Elfien Goentoro mengatakan, terdapat potensi bisnis lainnya yakni kerja sama dengan perusahaan lokal di negara-negara Afrika terutama di bidang upgrade, modification, modernization & Maintenance Repair & Overhaul (MRO) untuk pesawat CN235 dan pesawat NC212 yang sampai saat ini masih beroperasi di negara-negara Afrika.
"Kami menawarkan kepada negara-negara di Afrika untuk pengembangan keterampilan Sumber Daya Manusia dan pengetahuan dalam industri manufaktur pesawat terbang," ungkap Elfien di sela-sela acara Indonesia-Africa Forum (IAF) 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Selasa (10/4/2018), yang disampaikan dalam keterangan tertulisnya.
Pada tanggal 27 Desember 2016 lalu, PT DI telah berhasil melakukan ferry flight pesawat CN235-220M Multi Purpose Aircraft untuk Angkatan Udara Senegal yang diterbangkan dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung menuju Dakar, Senegal.
"Pesawat ini sangat mudah digunakan dan memiliki fitur glass cockpit terbaik sehingga memudahkan pekerjaan kami karena mudah digunakan," ujar Kepala Operasi Angkatan Udara Senegal, Ndiaye Amadou.
Kemudian, pada tanggal 08 Agustus 2017, A.D. Trade Belgium Company selaku mitra bisnis Senegal kembali menandatangani kontrak pembelian 1 unit pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraft buatan PTDI untuk angkatan udara Senegal. Selain Senegal, Pesawat CN235 buatan PTDI telah digunakan oleh Burkina Faso dan Guinea.
Negara-negara Afrika lainnya mulai melirik dan berminat untuk membeli pesawat CN235 buatan PTDI, khususnya untuk keamanan nasional dan kemungkinan penggunaan dalam misi-misi perdamaian di kawasan Afrika.
Keikutsertaan PTDI dalam IAF 2018 akan menjadi kesempatan yang baik untuk memperkenalkan produk-produk unggulan PTDI, seperti pesawat CN235-220, NC212i dan N219 dan meningkatkan potensi ekspor Indonesia ke Afrika.
"Kami berharap IAF 2018 dapat menjalin hubungan yang baik Business to Business dan Business to Goverment negara-negara Afrika," imbuh Elfien Goentoro.
Sekadar informasi, Pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA) dengan kemampuan yang dimilikinya sangat tepat untuk digunakan dalam berbagai macam misi, seperti patroli perbatasan dan Zona Ekonomi Eksklusif, pengawasan pencurian ikan dan pencemaran laut, pengawasan imigrasi dan perdagangan manusia, penyelundupan narkoba dan barang illegal, serta pencarian dan penyelamatan korban bencana.
Pesawat CN235-220 MPA memiliki beberapa keunggulan yakni dapat lepas landas dengan jarak yang pendek, dengan kondisi landasan yang belum beraspal dan berumput, mampu terbang selama 10-11 jam dengan sistem avionik full glass cockpit yang lebih modern, autopilot, dan adanya winglet di ujung sayap agar lebih stabil dan irit bahan bakar.(yn)