JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)— Wakil Ketua Komite I DPD RI yang membidangi persoalan politik dan hukum Fahira Idris mengungkapkan, penyatuan pelaksanaan pilpres dan pileg berkonsekuensi terhadap perubahan berbagai aturan baik yang sifatnya substanstif maupun pengaturan yang sifatnya teknis terutama di TPS.
Fahira berharap pada hari pencoblosan besok, penyelenggara pemilu, baik KPU, Bawaslu dan stakeholder pemilu lainnya harus lebih responsif mencari solusi persoalan-persoalan teknis yang mungkin terjadi di lapangan atau di TPS.
“Tentunya kita semua berharap semua berjalan lancar, aman, tertib, jujur dan adil. Namun, jika ada persoalan-persoalan teknis yang mungkin terjadi di lapangan, KPU, Bawaslu, dan stakeholder pemilu lainnya harus cepat dan responsif mengatasinya agar persoalannya tidak membesar dan tidak mengganggu jalannya pemungutan dan penghitungan suara,” kata Fahira Kepada Teropongsenayan , di Jakarta Selasa(16/04/2019).
Komunikasi publik penyelenggara pemilu terutama KPU, lanjut Fahira, menjadi salah satu faktor penting suksesnya penyelenggaraan pemungutan dan penghitungan suara. Berbagai persoalan teknis yang mungkin terjadi di lapangan, bisa segera diselesaikan jika KPU sudah menyiapkan sistem komunikasi yang responsif dan terintegrasi. Komunikasi publik KPU, tentunya dengan membawa pesan yang solutif atas apa yang mungkin terjadi di lapangan sangat efektif untuk mencegah persoalan membesar.
“Harus segera merespon jika terjadi persoalan di lapangan. Komunikasikan dengan baik. Gunakan semua platform komunikasi. Pesan harus cepat, tepat, dan solutif. Jangan mengeluarkan statement yang multitafsir karena akan kontraproduktif. Komunikasi publik KPU dalam merespon kejadian di Malaysia dan pelaksanaan pemilu di luar negeri, saya rasa harus diperbaiki. Jangan seperti itu lagi,” pungkas Anggota DPD RI DKI Jakarta ini.