Ragam
Oleh Arief Munandar (Pengamat Sosial-Politik, Alumnus UI) pada hari Rabu, 01 Mei 2019 - 19:19:40 WIB
Bagikan Berita ini :

Surat Terbuka Pernyataan Keprihatinan kepada Para Ketua BEM Fakultas se-Universitas Indonesia

tscom_news_photo_1556713180.jpg
Ilustrasi Mahasiswa Indonesia tertidur pulas (Sumber foto : Ist)

Kepada Yth.
Saudara Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia
Saudara-saudara Para Ketua BEM Fakultas se Universitas Indonesia

Assalaamu"alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Saya menuliskan surat terbuka ini diiringi keprihatinan mendalam. Saya bertanya-tanya, kemana para mahasiswa Universitas Indonesia (UI), di tengah kondisi bangsa yang terpuruk ke titik nadirnya pasca Pemilu 17 April yang merupakan Pemilu paling kisruh dan paling jorok sepanjang usia Republik ini? Apakah kalian buta, tuli dan bisu? Ataukah hati nurani kalian sudah mati?

Dugaan kecurangan yang masif dan sistemik sudah mengoyak hingga compang-camping kepercayaan rakyat terhadap penyelenggaraan Pemilu yang lalu. Pengerahan berbagai institusi yang sejatinya merupakan pelayan seluruh rakyat, untuk mengamankan kemenangan Petahana, sudah sedemikian terang-benderang, sehingga menyesakkan dada dan mencekik kesadaran anak-anak bangsa yang masih berusaha menjaga akal sehat mereka. Manuver para pejabat publik yang khianat dan politisi busuk, sudah melampaui derajat yang paling menjijikkan, dan melibas habis nalar kolektif masyarakat.

Lalu kalian di mana, wahai mahasiswa Universitas Indonesia? Lupakah kalian bahwa almamater di mana kalian bernaung menyandang nama bangsa yang harus dijaga kehormatan dan kemuliaannya? Lupakah kalian bahwa kita punya slogan Veritas, Probitas, Iustisia? Kok kalian bisa diam saja ketika kebenaran, kejujuran dan keadilan diperkosa dan dihinakan dalam momen terpenting dari siklus kehidupan NKRI sebagai negara yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat?

Mengapa tidak ada teriakan keras dari BEM terhadap polah penguasa yang memamerkan kedurjanaan yang jelas meampaui batas? Lalu di manakah peran BEM sebagai lokomotif gerakan mahasiswa yang semestinya meresonansikan jeritan rakyat yang merindukan keadilan dan perubahan?

Apalagi yang kalian tunggu? Tidak malukah kalian jika akhirnya emak-emak dan rakyat jelata yang harusnya kalian bela, kemudian berbaris turun ke jalan, untuk meneriakkan sendirikegetiran, kegeraman dan kemarahan atas suara hati dan rasa keadilan mereka yang dirampas penguasa?

Sungguh saya tak mengerti, kemana hilangnya gelora teriakan "Hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia!" Saya juga tidak paham, apakah memang suara kalian para mahasiswa sudah dibeli oleh penguasa, ataukah nyali kalian sudah dikebiri oleh rasa takut terhadap risiko perjuangan.

Biarlah waktu yang akan menjawab, dan sejarah yang akan mencatat.

Wassalaamu"alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Arief Munandar
Pengamat Sosial-Politik, Alumnus UI

tag: #pilpres-2019  #kpu  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Ragam Lainnya
Ragam

Film Buya Hamka Luar Biasa, Wajib Ditonton dan Perlu

Oleh Abdullah Al Faqir/Adang Suhardjo
pada hari Sabtu, 29 Apr 2023
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketika saya menerima undangan dari Chandra Tirta W saat itu saya sedang di Bandung, dan saya mempercepat kepulangam ke Jakarta dari rencana sebelumnya akan pulang hari ...
Ragam

Abdul Wachid Gelar Acara Bukber dan Santunan Bersama 1000 Anak-anak Yatim dan Piatu

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Anggota DPR RI dari fraksi partai Gerindra, Abdul Wachid mengadakan acara buka bersama dan santunan bagi seribuan anak-anak Yatim dan Piatu di kediamannya. Rangkaian ...