Bisnis
Oleh Mandra Pradipta pada hari Kamis, 18 Jul 2019 - 11:41:46 WIB
Bagikan Berita ini :

Komisi VI: Gula Impor Jadi Ajang Permainan

tscom_news_photo_1563424906.jpeg
Gula (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Meningkatnya kebutuhan masyarakat, dan seiring dengan terbatasnya produksi domestik membuat kuota gula terus mengalami defisit.

Berdasarkan proyeksi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, konsumsi gula domestik 2019 diproyeksi mencapai 5,1 juta ton dengan jumlah produksi hanya 2,5 juta ton.

Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan domestik gula dan menstabilkan harga dalam negeri, pemerintah setiap tahun harus mengimpor gula dari luar negeri.

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Azam Azman Natawijana menemukan fakta hingga saat ini pemerintah belum mempunyai neraca gula.

Menurutnya, DPR RI sudah mempermasalahkan data neraca gula sejak 2004 lalu.

"Karena tidak punya neraca gula, impor gula raw sugar itu bisa menjadi ajang permainan," kata Azam di Jakarta, Kamis (18/7/2019).

Masuknya gula rafinasi, yang berasal dari raw sugar ke pasar konsumen, dinilai Azman dapat membuat harga gula berbasis tebu menjadi tidak laku di pasaran.

"Raw sugar menjadi gula rafinasi ini murah sekali. Raw sugar di luar negeri itu murah, memproses menjadi gula rafinasi juga murah. Tetapi kemudian masuk ke pasar konsumsi, ini kemudian membuat harga gula yang berbasis tebu tidak bisa bersaing," jelasnya.

"Menjadi jomplang harganya. Jadi gula rafinasi murah sementara gula berbasis tebu harganya tinggi, di pasar tidak laku," tambahnya.

Adanya Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 10 Tahun 2017 yang mengatur tentang fasilitas memperoleh bahan baku industri gula, jangan sampai pelaksanaannya berbeda.

"Jangan sampai dengan peraturan itu jadi memudahkan impor raw sugar. Walaupun sudah ada aturan macam-macam, tetapi di lapangannya bisa berbeda. Izin itu bisa lepas begitu saja. Apalagi punya kepentingan untuk memasukkan raw sugar yang marginnya luar biasa," tutur politisi Fraksi Partai Demokrat ini.

Komisi VI DPR RI telah mendorong Kementerian BUMN untuk melakukan revitalisasi Pabrik Gula BUMN, Azman mencontohkan seperti PG di Banyuwangi dan Situbondo (Asembagus).

"Para kepala daerah juga sudah meminta kepada DPRD, bahkan DPRD-nya sudah datang ke kami. Jangan sampai para petani yang sudah ratusan tahun memanam tebu ini menjadi tidak kerja. Pabrik Gula harus bisa tumbuh. Sebab di belakang (PG) itu (ada) ratusan juta petani," paparnya. (ahm)

tag: #impor-gula  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement