JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Industri Pariwisata di Bali ikut terdampak akibat wabah Corona. Tapi usai wabah Corona berhasil diatasi, Bali akan ramai lagi dan sektor wisata akan tumbuh pesat. Hal ini diungkapkan pelaku bisnis pariwisata di Bali dalam sebuah diskusi.
"Yang terdampak total gara-gara virus ini dari Januari potential loss pada 2020 kurang lebih USD 9 miliar (Rp 139 triliun)," kata Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Ida Bagus Oka Mentru Agung Partha saat diskusi online, Jumat (24/4).
Ia menjelaskan, pariwisata Bali mulai terimbas virus ini sejak Februari. Jumlah wisatawan yang berkunjung turun 18 persen. Anjloknya angka kunjungan wisatawan terus terjadi hingga per 13 April lalu, sektor pariwisata Bali turun hingga 93,24 persen.
Jika dirinci, per Januari 2020 pariwisata Bali naik 11 persen year-on-year (yoy) dari 346.113 wisatawan menjadi 384.343 wisatawan. Pada Februari turun 18 persen yoy, Maret turun 42,32 persen dan per April anjlok hingga 93,24 persen dari 737.774 wisatawan menjadi hanya 49.908 wisatawan saja.
"Jadi bisa dilihat potensi lost leisure dan MICE ini mencapai USD 9 miliar, dan yang paling besar itu China dan Australia mereka bisa per hari datang 9.000 hingga 10.000 wisman per hari," kata Agung Artha.
Meski begitu, Agung optimistis Bali bisa bangkit lagi usai virus corona berlalu. Potensi wisatanya besar dibandingkan kota lain di Indonesia, bahkan di dunia. Menurut hitungannya, potensi pulihnya sektor pariwisata di Bali mencapai 30 persen. Prediksi ini lebih tinggi dibandingkan dunia 26 persen dan Indonesia mencapai 11 persen.
Untuk itu, jika pandemi COVID-19 sudah berakhir, pihaknya akan menggenjot jumlah wisatawan domestik. Setelah itu wisatawan dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Hal itu bisa dilakukan kalau semua keadaan sudah normal kembali termasuk tidak ada lagi penutupan penerbangan.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengakui seluruh pelayanan oversupply karena tidak ada wisatawan.
Covid-19 ini, seluruh provinsi mungkin yang paling terdampak 90 persen di pariwisata. "Sekarang kita oversupply, kondisi Bali sangat terpuruk," ujar pria yang akrab disapa Cok Ace tersebut.
"Akibat COVID-19 ini yang paling terdampak adalah Bali. PDB kita itu aja tergantung pariwisata, 50% lebih dari pariwisata," ujar Tjokorda.
"Tak ada satupun orang di Bali yang tidak terhubung dengan sektor pariwisata. Bahkan pertanian pun sama, kita bisa lihat berapa banyak hasil tani yang tak diserap oleh hotel-hotel di Bali, hotel-hotel kosong kan," jelas Tjokorda kembali.