JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Pemerintah mengklaim penyebaran virus Covid-19 di area DKI Jakarta mengalami perlambatan. Hal itu diidentifikasi dengan melihat kasus positif baru yang cenderung menurun beberapa waktu terakhir. Indikator yang menjadi dugaan klaim ini ialah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diyakini mempengaruhi tren penurunan kasus.
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 DoniMonardo menyampaikan kabar ihwal keberhasilan PSBB di Jakarta pada Senin (27/4) lalu. Doni mengatakan penurunan pertambahan kasus positif di Jakarta meluncur cepat dalam beberapa hari terakhir. "Ini diakibatkan pembatasan sosial berskala besar yang telah berjalan dengan baik," ujarnya.
Meski begitu, pemerintah diminta tak keburu lega dengan gambaran angka penurunan yang dipegangnya sendiri. Anggota Komisi Kesehatan (Komisi IX) DPR RI, Anas Tahir, mengungkapkan penurunan kasus Covid-19 memang sempat terjadi, namun pemerintah dan masyarakat diminta untuk tetap kritis karena bisa saja perlambatan itu hanya bersifat sementara.
"Kita tentu bersyukur jika penyebaran virus sudah menunjukkaa tanda-tanda penurunan. Tapi rasanya terlalu dini jika kondisi hari ini dijadikan sebagai kesimpulan bahwa masa pandemi telah berakhir," kata Anas saat dikonfirmasi, Kamis (30/4/2020).
TEROPONG JUGA:
>Ditangani Serius, Penyebaran COVID-19 Bisa Dihambat, Contohlah Vietnam dan China
>Jumlah Positif Corona Indonesia Tertinggi di Asean, Malaysia Memiliki Jumlah Kesembuhan Terbanyak
Anas menerangkan tren jumlah sebaran Covid-19 di Indonesia masih cenderung fluktuatif di sejumlah daerah. Artinya, gambaran tersebut menunjukkan kasus Covid-19 bisa saja merangkak naik sewaktu-waktu. Apalagi, sejumlah pakar epidemiologi menduga penurunan itu karena efek pelaksanaan pemeriksaan yang terbatas.
"Jadi masyarakat harus tetap waspada dan terus menjalankan protokol Covid-19 sesuai anjuran pemerintah, seperti tetap jaga jarak, memakai masker, rajin cuci tangan dan jaga imunitas tubuh," tuturnya.
Politikus Partai Persatuan Pembangunan ini meminta semua lapisan masyarakat tetap berjaga-jaga meski keadaan sekarang sedang menuju pada masa penurunan wabah virus. Akan tetapi, ia mengingatkan, penurunan bukanlah masa akhir dari wabah, tetapi hanya proses untuk menuju akhir.
Hal itu pun dapat diyakini bila pemerintah menunjukkan data yang akurat dari sebaran virus korona di seluruh Indonesia.
"Jika dalam beberapa hari ke depan sebaran virus ini terus menurun secara signifikan, masyarakat sebaiknya mulai bersiap-siap untuk menjalani periode rocovery dalam menyongsong kehidupan normal secara bertahap," jelas Anas.
Mengenai perlambatan pertambahan kasus positif baru di DKI Jakarta ini, dipertanyakan keabsahannya oleh pakar kesehatan. Mereka menyebut pemerintah terburu-buru menyimpulkan bahwa turunnya jumlah kasus harian di Jakarta disebabkan oleh keberhasilan penerapan PSBB.
Anggota Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat, Hermawan Saputra, mengatakan pembatasan sosial di Jakarta yang berlangsung sejak 10 April lalu memang memiliki andil memperlambat penambahan jumlah kasus harian. Akan tetapi, kata dia, data yang ada saat ini belum bisa dijadikan sandaran untuk mengklaim grafik penularan virus korona di Jakarta sudah melandai.
Alasannya, sebut Hermawan, meski ada penurunan jumlah kasus positif harian, data pemerintah tidak konsisten karena di beberapa titik masih terjadi peningkatan. "Data sehari-dua hari tidak bisa dijadikan argumen. Jangan senang dulu dengan keadaan sekarang," kata Hermawan, kemarin (29/4).
Dia menambahkan, selain soal inkonsistensi data, jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 di Jakarta tergolong sedikit. Sedangkan dalam berbagai pemodelan, puncak wabah diprediksi terjadi pada Juni dengan total kasus lebih dari 100 ribu. Artinya, masih ada peluang penambahan jumlah kasus di Jakarta kembali meningkat. "Bukan puncak yang sudah lewat, tapi hanya kasus kenaikan tiap hari yang melambat," ujarnya.