JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mengkritik keputusan Kapolda Jawa Timur, Irjen Fadil Imran, yang mencopot Kapolsek Gubeng, Kompol Naufil Hartono.
Lantas Neta membandingkan keputusan Kapolda Jatim dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam menghadapi persoalan yang sama.
Seperti diketahui kalau Kedua pejabat negara tersebut melakukan tindakan yang bertolak belakang saat melihat bawahannya sedang tertidur.
Fadil Imran diminta belajar dari Prabowo Subianto yang tak menonjolkan sikap arogansi kepada bawahan ketika menghadapi persoalan yang sama.
"IPW berharap Kapolda Jatim bisa belajar dari sikap yang ditunjukkan Menhan Prabowo Subianto,” ujar Neta melalui keterangannya, Senin (25/05/2020).
Neta mengatakan kalau mantan Ketua Umum Partai Gerindra itu tampak santai mengerjai asisten pribadinya yang tidur pulas di sela-sela rapat yang dipimpinnya.
Melihat asistennya tertidur, Prabowo lantas duduk di sampingnya. Tak berselang lama, sang asisten terbangun dan tampak kaget saat melihat Prabowo duduk persis di sampingnya.
“Bukannya marah, Prabowo hanya tertawa. Tidak ada arogansi yang muncul karena sebagai pimpinan Prabowo menyadari bahwa tugas yang diemban asistennya itu cukup berat, sehingga sangat manusiawi yan bersangkutan tertidur,” kata Neta.
Neta menyebut, sebagai pemimpin, Fadil memang harus tegas kepada bawahan. Namun tindakan tegas terhadap anak buah harus tetap terukur, dan sebagai atasan harus mau mengukur serta menghargai anak buahnya.
Karena anak buahnya sudah bekerja keras untuk menjadikan Polri sebagai institusi terbaik di tengah pandemik Covid-19.
Neta menjelaskan, setidaknya ada empat kerja berat para Kapolsek yang harus dihargai Kapolda Jatim. Pertama, para Kapolsek harus pontang-panting melakukan deteksi dini dan antisipasi maksimal agar penyebaran Covid-19 bisa dicegah dan diputus mata rantai penyebarannya.
Kedua, para Kapolsek harus selalu bersiaga menjaga wilayahnya dengan maksimal pascapembebasan ribuan napi oleh Menkumham.
Ketiga, para Kapolsek bersiaga menjaga situasi Kamtibmas di wilayahnya saat Ramadhan dan menjelang Lebaran, terutama dengan banyaknya PHK dan industri yang tutup.
Keempat, para Kapolsek yang menjadi ujung tombak untuk melakukan pagar betis agar arus mudik bisa dicegah sehingga penyebaran Covid-19 tidak meluas.
“Keempat tugas berat itu harus dilakukan para Kapolsek di tengah melakukan ibadah puasa dan kekhawatiran terhadap dirinya terkena virus Covid-19. Dalam situasi seperti ini tentunya sangat manusiawi, jika ia tertidur saat rapat di ruangan AC. Apalagi selama ini ia bertugas di lapangan yang bercuaca sangat panas,” pungkasnya.