JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Keluarga menjadi lingkungan pertama bagi manusia untuk membentuk karakter. Tumbuh kembang akal dan tindakan manusia bermula dari negara kecil ini sebelum ia menuju negara besar bernama Indonesia.
Agar seseorang mempunyai moralitas dalam beragama dan berbangsa, ia harus terlebih dahulu memperoleh pendidikan yang dengan itu cara ia bergama dan bergaul dalam keberagaman dapat seimbang. Keberagaman di realitas masyarakat kerap menimbulkan pertentangan.
Untuk itu, sikap toleransi harus terlebih dahulu terbentuk dalam keluarga. Orang tua sebagai nakhoda keluarga pun harus terlebih dahulu memahami arti toleransi sehingga adat ini dapat diteruskan oleh keturunannya.
Itulah secercah petuah yang disampaikan oleh Menteri Agama Fachrul Razi dalam webinar bersama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bertema "Pancasila dalam Tindakan: Keluarga Beragama, Keluarga Berbudaya, Keluarga Produktif," Jumat (10/7/2020).
Fachrul menjelaskan peran keluarga begitu signifikan dalam menyuplai karakter anak sebelum ia dewasa dan bergaul di masyarakat. Lebih jauh keluarga sangat dipengaruhi juga oleh lingkungan. Lingkungan yang baik dan moderat akan membentuk karakter keluarga yang toleran.
"Keluarga sangat dipengaruhi oleh lingkungan baik itu teman, tetangga, guru, hingga rumah ibadah mempengaruhi," kata Fachrul.
Fachrul mengungkapkan Kementerian Agama sudah membuat konsep tentang moderasi beragama yang mana cara pandang tengah yang tidak ada pertentangan dengan yang lain.
"Konsep tentang moderasi beragama adalah cara pandang beragama dengan cara tengah tanpa mempertentangkan yang lain," jelasnya.
Toleransi agama tidak bisa hanya ada dalam pelajaran agama, Fachrul menuturkan toleransi juga perlu dalam pelajaran ditingkat bawah seperti Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) seperti pelajatan budi pekerti yang di dalamnya dimasukkan pelajaran pemahaman moderasi beragama.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menekankan hal senada bahwa keluaga sangatlah penting. Untuk itu, pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama untuk mendorong terciptanya keluarga yang berkualitas.
"BKKBN sangat konsern dengan keluarga yang berkualitas, diharapkan keluarga menjadi pondasi dalam membangun toleransi dan menguasai religiusitas," jelasnya.
Selain itu, lanjut dia, harus ditanamkan juga tiga pilar dalam berkeluarga, yakni tentram, mandiri, dan harmoni. Selain itu, dalam fungsi ekonomi keluagara khususnya dimasa pandemi Covid 19 semua harus bergotong royong menghadapi deglobalisasi.
"Kami menggerakan ekonomi keluarga menghadapi deglobalisasi. Ini harus dimanfaatkan untuk membeli dan mengembangkan produk lokal," jelas Hasto.
Hasto menambahkan bahwa rasa kemanusiaan harus dipupuk sejak dari janin. Agar tumbuh menjadi manusia yang memiliki rasa kemanusian secara simultan dan semakin kuat kedepannya.
Kepala BPIP Yudian Wahyudi menekankan bahwa yang penting dan harus menjadi fokus adalah bergotong royong, kerjasama, dan berkoperasi
"Menjadi fokus adalah gotong royong dan peduli terhadap sesama, kerjasama, dan koperasi." Jelas Yudian.
Antonius Benny Susetyo
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo menjelaskan bahwa keluarga sangatlah penting karena di sanalah sebuah negara awalnya dibentuk dan merupakan modal dasar atau basis dalam penanaman nilai Pancasila. Di era digitalisasi, kata Benny, keluarga berperan penting dalam penggunaan media sosial olah generasi milenial yang jika tidak digunakan dengan binaksana maka akan berdampak negatif.
"Orang tua harus mengkontrol dan membantu memfiltrasi anak-anak dalam penggunaan media sosial. Agar informasi yang masuk tidak dikonsumsi mentah-mentah," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TK PKK) Jawa Tengah, Siti Atikoh menjelaskan hal senada bahwa orang tua menjadi teladan utama bagi anak. Ia mengatakan bahwa aspirasi anak harus didengarkan, menerapkan pola asuh yang demokratis harus diutamakan.
"Aspirasi anak harus didengarkan, menerapkan pola asuh yang demokratis sehingga anak menghargai perbedaan pendapat dan keputusan yang diambil," jelasnya.