JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Para pasien Covid-19, pada prinsipnya akan mengalami kekurangan oksigen akibat paru-paru terganggu. Akibat kekurangan oksigen di darah terjadi gejala happy hypoxia. Dikutip dari Medical News Today, happy hypoxia adalah penurunan kadar oksigen dalam darah.
Ketika kadar oksigen darah mulai berkurang, seseorang mungkin mengalami sesak napas, yang juga disebut dispnea. Jika kadar oksigen dalam darah terus menurun, organ-organ mungkin mati dan mengancam nyawa.
Kasus yang parah bisa mengurangi jumlah oksigen yang bisa diserap paru-paru. Tingkat oksigen darah ditemukan sangat rendah pada beberapa pasien Covid-19.
Happy hypoxia ditandai dengan peningkatan laju pernapasan. Penggunaan otot leher atau interkostal saat bernapas merupakan indikasi gangguan pernapasan. Ketika nafas, terdengar bising.
Pasien juga akan mengalami penurunan tingkat saturasi oksigen, di mana tingkat saturasi oksigen harus antara 92% dan 98% untuk orang dewasa tanpa penyakit pernapasan. Lebih rendah dari 92% dianggap hipoksia.
Lubang hidung melebar atau mengerucutkan bibir, yang mungkin menandakan perlunya oksigen tambahan. Perubahan warna kulit menjadi kebiruan atau abu-abu merupakan tanda akhir hypoxia. Selain itu, pasien dengan gangguan pernapasan akan duduk atau membungkuk dengan mengistirahatkan lengan di atas kaki untuk meningkatkan ekspansi paru.
Bahkan pasien yang mengalami hypoxia mungkin tidak dapat berbaring di tempat tidur.
Pasien dengan gangguan pernapasan mungkin tidak dapat berbicara dalam kalimat lengkap, atau mungkin perlu mengatur napas di antara kalimat.
Ini menjadi serius jika tidak ditangani secara cepat dan benar. Dengan kesulitan napas, orang akan cenderung menjadi gelisah dan cemas juga.