Berita
Oleh Alfin Pulungan pada hari Selasa, 13 Okt 2020 - 21:18:03 WIB
Bagikan Berita ini :

Keras! Ngabalin Sebut Massa Aksi Tolak Omnibus Law Sampah Demokrasi

tscom_news_photo_1602598628.jpeg
Ali Mochtar Ngabalin (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin geram terhadap masyarakat yang bersikukuh menggelar aksi unjuk rasa hari ini (13/10) di kawasan Monas. Padahal, kata dia, saat sedang masa pandemi.

Kekesalan itu ia sampaikan dari balik pagar Istana Negara, Jakarta Pusat saat memantau aksi unjuk rasa yang dilancarkan Aliansi Nasional Anti Komunis (Anak) NKRI.

"Dalam masa pandemi, dia kirim orang untuk berdemonstrasi. Di mana logikanya coba. Jangan jadi sampah demokrasi di negeri ini," kata Ngabalin lewat sambungan telfon video kepada wartawan, Selasa, 13 Oktober 2020.

Dalam aksi tersebut, massa memang berupaya menggeruduk Istana. Namun mereka tertahan lantaran Kepolisian memblokade jalan.

Ngabalin pun mempertanyakan alasan masyarakat datang ke Istana Negara maupun DPR untuk menggelar unjuk rasa menolak Omnibus Law Cipta Kerja. Menurut dia, ada hak konstitusi yang dapat digunakan masyarakat menyatakan keberatan dengan UU tersebut.

Misalnya, sebut Ngabalin, masyarakat bisa mengajukan uji materi atau judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK). Ngabalin mengatakan langkah tersebut menjadi cara legal yang telah diatur di dalam UUD 1945.

"Untuk apa dia datang ke Istana. Untuk apa dia datang ke DPR. Untuk apa dia demonstrasi di jalan. Sementara hak-hak konstitusi yang bisa dipakai itu tidak dia gunakan," ujarnya.

Ngabalin menegaskan bahwa pemerintah tak akan mentolerir massa aksi yang coba-coba membuat kerusuhan. Menurutnya, setiap perusuh akan berhadapan dengan aparat TNI dan Polri.

"Enggak ada cerita dengan para perusuh. Kalau kau mengacaukan keadaan negeri ini, maka kau berhadapan dengan TNI-Polri, itu kalimatnya," kata dia.

Demonstrasi kali ini tak hanya dimotori oleh PA 212, sejumlah organisasi massa lain seperti GNPF Ulama dan FPI turut serta melakukan aksi. Mereka tergabung dalam aliansi bernama Anak NKRI . Aksi yang menolak Omnibus UU Cipta Kerja telah dimulai sejak pukul 13.00 WIB dengan pusat aksi di sekitar Patung Arjunawiwaha.

Adapun poin yang disuarakan tidak hanya soal Omnibus Law, namun juga soal RUU HIP/BPIP, Cina komunis, hingga pengunduran diri Joko Widodo dari jabatan Presiden.

tag: #unjuk-rasa  #omnibus-law  #ali-mochtar-ngabalin  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Waka Komisi XIII DPR Pertanyakan Dasar Pemulangan Mary Jane, Ingatkan Agar Tak Langgar Hukum

Oleh Sahlan Ake
pada hari Kamis, 21 Nov 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Wakil Ketua Komisi XIII Andreas Hugo Pareira mempertanyakan dasar hukum kebijakan yang digunakan Pemerintah dalam pengembalian terpidana mati kasus narkotika, Mary Jane ...
Berita

Survei TBRC: Toni Uloli-Marten Taha Unggul Elektabilitas 45,8%

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Timur Barat Research Center (TBRC) merilis hasil survei terkait Pilgub Gorontalo 2024 menjelang hari pencoblosan pada 27 November. Hasilnya, pasangan Toni Uloli-Marten ...