JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo menegur dua anak buahnya yaitu Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Panjaitan, dan Kepal BPKM, Bahlil Lahaladia.
Keduanya ditegur oleh Presiden Jokowi lantaran target nilai investasi yang merosot tajam yaitu minus di atas 5 persen pada kuartal III 2020.
Menanggapi hal tersebut, ekonom senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Faisal Basri justru membela Luhut dan Bahlil yang ditegur Presiden Jokowi.
Pasalnya, Faisal mengatakan hampir di seluruh dunia mengalami kemerosotan ekonomi, termasuk Indonesia dalam bidang investasi.
"Dimana ada di dunia ini yang investasinya meningkat atau tetap? Ya semua turun," kata Faisal dalam acara diskusi virtual yang diselenggarakan Media Center DPP PAN bertajuk "Resesi dan Percepatan Pemulihan Ekonomi", Rabu (04/11/2020).
Bahkan, Pakar Ekonomi tersebut menuturkan kalau teguran yang disampaikan Presiden Jokowi kepada dua pembantunya tersebut sangat tidak elok karena kondisi pandemk saat ini.
"Bagaimana ya kan, tidak mudah memahami, pandemi itu menunda investasi, kan tidak susah kan. Jadi saya pengkritik utama Pak Luhut, tapi untuk kali ini rasanya tidak elok," tuturnya.
Sekretaris Jendral (Sekjen) Partai Amanat Nasional Tahun 200 itu menyatakan bahwa kemarahan Jokowi tidak elok lantaran sejauh dari pengamatannya, semua negara di dunia mengalami resesi dan wajar jika target investasi di Indonesia merosot juga.
"Sama tidak eloknya ketika Donald Trump mendeklarasikan kemenangan barusan (Pilpres AS), dengan alasan yang aneh-aneh. Jadi please Pak Jokowi, enggak mungkin gitu ya. Itu saja deh," pungkasnya.
Sebelumnya pada sidang paripurna kabinet Senin (02/11/2020), Presiden Jokowi menyampaikan kepada Luhut dan Bahlil, dan Presiden Jokowi meminta agar meningkatkan investasi yang masuk ke Indonesia pada kuartal IV, sehingga pertumbuhanya tidak terlalu negatif.
"Saya sudah mewanti-wanti kepada Kepala BKPM dan Menko Marves agar paling tidak di kuartal III ini bisa minus di bawah 5, tapi ternyata belum bisa," tegas Presiden Jokowi.