JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Sejak 1977 hingga 2009 Ketua DPR secara berturut-turut dijabat oleh politisi Partai Golkar (Golongan Karya). Yang menarik, tiga Ketua DPR secara berturut-turut menjabat juga sebagai Ketua Umum Partai Golkar.
Mereka adalah Wahono (1992-1997), Harmoko (1997-1999) dan Akbar Tanjung. Setelah Akbar Tanjung Ketua DPR masih dijabat politisi Partai Golkar, Agung Laksono (2004-2009) tapi Agung belum pernah menjabat Ketua Umum Golkar.
Ada beberapa perbedaan dan persamaan di antara para petinggi partai itu saat menjabat. Misalnya saja Wahono, yang berlatar belakang militer. Pangkat terakhir Wahono di TNI adalah Letnan Jenderal.
Dia juga pernah menjadi Gubernur Jawa Timur. Saat aktif sebagai anggota TNI dia juga pernah menjabat Pangkostrad. Lengser dari Ketua Umum Golkar, Wahono langsung jadi Ketua MPR dan DPR (1988-1993) secara bersamaan.
Saat memimpin DPR, Wahono pelit bicara. Maklum situasi politik saat itu memang tidak seterbuka sekarang. Kalau ditanya wartawan terhadap satu masalah, hanya satu dua kata saja dia mau menjawabnya.
Sedangkan Harmoko berlatar belakang wartawan. Setelah itu menjadi menteri penerangan era Presiden Soeharto dalam beberapa periode. Dia menjabat sebagai Ketua Umum Golkar periode 1993-1998.
Pada 1997, Harmoko menjadi ketua MPR/DPR mestinya dijabat hingga 2002. Tapi karena situasi politik, jabatannya sebagai Ketua DPR/MPR berakhir pada 1999.
Meski mantan menteri penerangan dan ketua umum partai terbesar saat itu, bicara Harmoko tidak banyak. Bahkan setiap ditanya wartawan, dia selalu bertanya dulu, “Anda dari mana?”. Kadangkala kalau bukan media yang dikehendaki dia tidak mau bicara. Jabatan Ketua MPR dan DPR di era Harmoko masih digabung.
Akbar Tanjung menjabat ketua DPR 1999-2004 saat bersamaan dia juga menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar 1999-2004. Jabatan-jabatan politik itu diduduki setelah dia menjabat sejumlah posisi menteri era Presiden Soeharto. Akbar dinilai politisi yang paling dekat wartawan.
Wartawan apapun yang bertanya ke Akbar, selalu dilayani dan tak pernah dia membeda-bedakan. Sayangnya Akbar merupakan satu-satunya Ketua DPR dan juga Ketua Umum Partai Golkar yang pernah menjadi terdakwa.
Penerus Akbar Tanjung sebagai Ketua DPR adalah Agung Laksono. Menjadi Ketua DPR periode 2004-2009. Perjalanan Agung hingga menjadi Ketua DPR berbeda dengan pendahulunya. Agung bisa dibilang keluar masuk kabinet pada presiden yang berbeda-beda.
Perbedaan lainnya, kalau para pendahulunya pernah menjadi ketua umum partai sebelum menjadi Ketua DPR, Agung hampir menjadi ketua umum setelah menjadi Ketua DPR dan menteri. Jabatan tertinggi yang dienyam Agung di Partai Golkar adalah wakil ketua umum selama tiga periode, yaitu era Akbar, Jusuf Kalla, dan Aburizal Bakrie.
Sebelum Wahono, Ketua Umum Golkar Amir Moertono hanya terpilih sebagai wakil ketua DPR/MPR, yaitu pada periode 1982-1987. Ketika itu ketuanya Amir Machmoed. ( ss/b5)