JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Epidemiolog UGM, dr Bayu Satria Wiratama, meminta pemerintah belajar dari pengalaman penanganan virus corona varian Delta.
Pada saat varian Delta masuk RI, terjadi lonjakan kasus COVID-19 pada Juli 2021 hingga puncaknya mencapai lebih dari 50 ribu kasus.
Agar kejadian seperti saat Delta tak terjadi, maka Bayu menilai harus benar-benar diketahui siapa yang menularkan varian Omicron kepada petugas kebersihan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, sebagai kasus pertama yang teridentifikasi.
Hal ini penting untuk benar-benar memastikan apakah sudah ada transmisi lokal atau belum.
"Benar-benar tahu siapa pembawanya dan siapa yang tertular. Supaya kita tahu bahwa ini sudah transmisi lokal atau dia murni terkena dari kasus impor," tegasnya.
Ketika didapati terjadi transmisi lokal, maka lonjakan mobilitas masyarakat harus diwaspadai. Terlebih, pada saat masa libur Nataru ini.
Bayu meminta harus benar-benar dipastikan orang yang bepergian sudah divaksin penuh dua dosis.
"Memastikan yang berangkat atau yang pergi itu hanya yang sudah vaksin dua kali dan harus konsisten di semua daerah," beber Bayu.
Salah satu strategi pencegahan penularan Covid-19 varian Omicron yaitu memperketat perayaan Tahun Baru.
"Kami semua mendorong agar perayaan Tahun Baru dilakukan bersama keluarga masing-masing," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19, Sonny Harry Harmadi.
Sonny juga mengingatkan untuk warga yang akan melakukan mobilitas pada periode Tahun Baru bisa melakukan asesmen mandiri.
Asesmen mandiri bisa dilakukan dengan cara mengetahui kondisi jalan dan menilai risiko mobilitas.
Para ASN dan pegawai BUMN dilarang cuti pada masa periode Natal dan Tahun Baru.
Selain aturan perjalanan, pemerintah juga menutup alun-alun saat tahun baru dan memberikan syarat kuota maksimal tempat wisata sebanyak 75 persen.
Penerapan ganjil genap juga diberlakukan di tempat pariwisata dengan tujuan membatasi mobilitas