Berita
Oleh Bachtiar pada hari Rabu, 30 Mar 2022 - 20:19:36 WIB
Bagikan Berita ini :

Anggota Komisi VI DPR Pertanyakan Keseriusan Himbara Bantu Pelaku Usaha Pariwisata di Bali

tscom_news_photo_1648646376.jpg
I Nyoman Parta Anggota komisi VI DPR RI (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Anggota Komisi VI DPR, I Nyoman Parta mempertanyakan keseriusan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dalam membantu para pelaku usaha pariwisata. Khususnya di Bali.

Pasalnya, lanjut dia, situasi dan kondisi pelaku usaha termasuk UMKM di Bali mengalami kendala permodalan untuk merecovery usahanya tanpa ada perhatian serius dari Himbara.

"Pihak Bank Himbara tidak responsif membantu, karena masih menggunakan syarat kredit dengan suasana normal. Padahal kondisi Bali tidak normal, sehingga penanganannya harus ekstra, jangan standar," tandas Parta dalam rapat dengar pendapat dengan Direktur Utama Bank BRI, Sunarso, Direktur Utama Bank Mandiri, Royke Tumilaar, Direktur Utama Bank BNI, Silvano Winston Rumantir, Direktur Utama Bank BTN, Heru Koesmahargyo, di Jakarta, Rabu (30/3/2022).

Mestinya, Parta menyarankan agar Himbara lebih peka dan flexible terhadap para pelaku usaha pariwisata.

"Mereka memiliki jaminan alias agunan, namun kesulitan untuk mendapatkan bantuan kredit. Padahal, oportunity bisnis tetap ada, karena wisatawan mulai datang," ujarnya.

Seharusnya, kata Legislator dari Pulau Dewata ini, Himbara harusnya hadir sebagai representasi pemerintah untuk menyelamatkan ekonomi Bali.

"Bali mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi minus lebih dari 9% akibat hantaman pandemi Covid-19 yang panjang," jelasnya.

Menyikapi kondisi demikian, Parta menyarankan agar pemerintah melalui Himbara meluncurkan kredit recovery bagi para pelaku usaha pariwisata di Bali.

"Caranya, beri kemudahan kepada pengusaha lokal, karena hanya bank pemerintah yang bisa melakukan hal ini. Kalau berharap dari bank swasta tidak mungkin," tandasnya.

Dikatakan Parta, ekonomi Bali selama ini hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi dari sektor industri pariwisata, sementara pandemi Covid-19 justru yang terjadi malah melakukan pembatasan wisatawan ke Bali. "Akibatnya, banyak perusahaan mengalami stagnasi, bahkan menuju kebangkrutan," tuturnya.

Di awal serangan pandemi Covid-19, sambung Parta lagi, para pelaku usaha mengajukan program restrukturusasi 3 sampai 6 bulan. Namun ternyata Covid-19 berjalan lebih dari 2 tahun.

"Setelah 2 tahun lebih Covid-19, bisnis hotel, restoran, dan akomodasi pariwisata tutup, nah sekarang sudah mulai ada tanda-tanda mau bangkit kembali Pariwisata, seiring mulai berdatangannya wisatawan ke Bali," pungkasnya.

tag: #bank-himbara  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement