JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Banyak poin penting yang disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam pidato politiknya 14 Maret 2023 di Jakarta. Tapi terpenting dari semuanya, substansi pidato ini benar-benar merupakan refleksi dari perjalanan langsung Demokrat bersentuhan, berdialog dan mendengarkan suara rakyat.
Demikian disampaikan Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) saat memberi tanggapan terhadap pidato AHY. Menurut Ibas, AHY telah menyampaikan pokok-pokok pikiran yang tepat dan dibutuhkan dalam kondisi bangsa seperti sekarang ini.
‘’Sebagai contoh, saat Ketua Umum Partai Demokrat menegaskan bahwa rakyat sedang susah, itu bukan isapan jempol. Itu bukan statemen yang dibuat-buat untuk mendiskreditkan kerja pemerintah atau menyinggung pihak manapun. Itu memang pernyataan yang didasarkan pada fakta lapangan,’’ kata Ibas.
Dalam pidatonya, AHY memang menegaskan sejak awal, bahwa dalam enam bulan terakhir perjalanannya keliling nusantara, ia mendengar langsung rakyat bicara dan menyampaikan aspirasi. AHY juga menyatakan bahwa ia mendengar langsung suara rakyat, tanpa perantara.
‘’Ibu Yanti, ibu rumah tangga yang saya temui di Sulawesi Tengah, mengatakan: harga beras sekarung 50 kilogram, nyaris 1 juta rupiah. Artinya, harga per kilo mencapai 20 ribu rupiah. Ini jauh di atas harga eceran tertinggi beras di pasaran. Ia menjerit, darimana kami bisa mendapat uang untuk membeli kebutuhan pokok itu?” papar AHY dalam pidatonya.
Fakta ini, tentu terkait dengan tekanan ekonomi dunia yang cukup berat dan tak terkecuali Indonesia. Alhasil, di Tanah Air, inflasi melewati ambang batas. Lebih dari 5%. Kini, masyarakat kembali merasakan kenaikan harga barang, sebagai second round effect dari kenaikan harga BBM tahun lalu.
‘’Saya juga mendengar keluhan para petani di Jawa; di Sumatera; di Kalimantan; di Sulawesi; hingga Bali dan Nusa Tenggara. Harga pupuk mahal, sedangkan pupuk subsidi langka. Belum lagi, harga jual hasil panen dipermainkan tengkulak,’’ tambah AHY lagi.
Bagi Ibas, tidak mungkin orang nomor satu di Partai Demokrat itu mengarang cerita. Sebagai bagian dari pengurus partai, Ibas sendiri kerap mendengar keluhan itu pada saat turun lapangan mengunjungi Dapilnya di Jatim 7, dan apa yang disampaikan AHY dalam pidatonya adalah juga aspirasi yang kerap ia dengar dari masyarakat
‘’Sekali lagi, itu suara rakyat, dan harus disampaikan. Kita fair, yang baik, kita apresiasi, tapi kalau ada suara seperti keluhan terkait harga-harga, ya harus juga disampaikan meskipun mungkin akan terdengar pahit,’’ kata Ibas.
Fenomena lain yang digarisbawahi Ibas dari pidato AHY berkaitan dengan masalah ekonomi adalah keluhan nelayan akibat kelangkaan dan mahalnya harga bahan bakar solar. Keluhan ini terasa di kalangan nelayan di Maluku, Papua, dan Indonesia bagian timur lainnya.
‘’Jangan lupa, Ketua juga menyampaikan bahwa banyak pelaku UMKM masih kesulitan bangkit dari keterpurukan pasca pandemi. Khususnya, untuk mendapatkan akses dan bantuan modal usaha. Ini tentu informasi yang baik ya, bahan evaluasi, harus diperhatikan,’’ kata Ibas.
Masalah lain yang perlu segera diselesaikan terkait dengan pendidikan. Di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur masih banyak honorer mengeluhkan nasib mereka yang tak kunjung jelas. Honor rendah dan tak pasti, sementara impian jadi ASN juga makin tak jelas.
‘’Soal generasi muda juga saya kira poin yang perlu diperhatikan secara seksama. Demokrat, dalam hal ini, sudah sering menyampailkan bahwa dari berbagai dialog kami dengan generasi muda, isu lapangan kerja sangat sering menyeruak. Sementara di sisi lain, di zaman digital ini, ketimpangan akses digital antara masyarakat desa dan kota masih cukup besar,’’ papar Ibas.