Oleh Inas N Zubir Politikus Hanura pada hari Sabtu, 25 Nov 2023 - 10:56:37 WIB
Bagikan Berita ini :

3 Pasang Capres Terjebak Angka Kemiskinan

tscom_news_photo_1700884597.jpg
Inas Nasrullah Zubir Politikus Hanura (Sumber foto : Istimewa)

Tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2024 telah menargetkan bisa mengurangi angka kemiskinan secara signifikan hingga di bawah 9% pada akhir masa kepemimpinannya pada 2029.

Pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar misalnya menargetkan mampu menurunkan angka kemiskinan ke level 4%-5% hingga 2029, Ganjar Pranowo-Mahfud MD di level 2,5% pada 2029, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di level 6% pada akhir 2029.

Apakah 3 pasang capres tersebut sudah menganalisa tren penurunan angka kemiskinan dari Presiden-presiden sebelumnya diperiode pertama kepemimpinan mereka? SBY hanya mampu menurunkan 2.51% saja dari tahun 2004 hingga tahun 2009, kemudian Jokowi menurunkan hanya 2.03% saja dari tahun 2014 hingga tahun 2019

Artinya bahwa tren tersebut dalam 5 tahun, paling tinggi hanya 2.5 persen saja, sedangkan tren penurunan dari tahun 2019 sebesar 9.41% hingga 2023 sebesar 9.36% yang justru tren-nya semakin mengecil hanya 0.5% saja! Sehingga angka kemiskinan yang ditagetkan oleh ketiga capres tersebut diatas terlalu absurd karena tidak membaca dan menganalisa data.

Sebagai perbandingan, bahwa di beberapa negara maju yang jumlah penduduknya besar, angka kemiskinan masih tinggi, misalnya Jepang dengan angka kemiskinan 15.7% atau Amerika dengan angka kemiskinan 12.4%. Ternyata pemerintahan negara maju juga kesulitan untuk mengendalikan kemiskinan.

Kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain upah minimum yang tidak memadai, rendahnya etos kerja masyarakat itu sendiri, dan meningkatnya angka pengangguran setiap tahun.

Yang artinya bahwa kemiskinan tidak sepenuhnya bisa dikendalikan hanya oleh negara saja, tapi juga tergantung dari kemampuan perusahaan dalam mengupah buruh, seberapa besar etos kerja masyarakat dan tingginya PHK akibat perusahaan bangkrut.

Apakah ketiga pasangan Capres tersebut bisa mengendalikan itu semua? Omong kosong!

Jadi seharusnya yang dijadikan target oleh 3 pasang capres adalah pertumbuhan sektor riil, misalnya saja berapa target investasi dalam 5 tahun kekuasaan mereka untuk menciptakan berapa banyak lapangan kerja, atau seperti apa peningkatan kualitas sumber daya manusia agar dapat mengoptimalkan pendidikan dan pelatihan untuk menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan inovatif, sehingga tidak perlu lagi import TKA.

Apakah ada program dari ketiga capres tersebut yang memiliki target diatas? padahal kalau target tersebut bisa dicapai, maka kemiskinan akan turun dengan sendirinya.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

Fenomena Tindak Kekerasan Terhadap Insan Pers Semakin Meresahkan

Oleh Jacob Ereste
pada hari Rabu, 24 Jul 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Tindak kekerasan terhadap wartawan tampaknya semakin brutal dilakukan oleh oknum-oknum tertentu yang mungkin merasa sangat terganggu oleh fungsi kontrol yang dilakukan ...
Opini

Antara Jokowi dan Erdogan, dari Visi Mulia hingga Ambisi Berkuasa

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Jokowi yang pertama kali terpilih sebagai Presiden Indonesia pada 2014 dan kembali terpilih pada 2019, juga datang dengan janji untuk memperbaiki infrastruktur, ...