Opini
Oleh Eddy Junaidi (Yayasan Kalimasadha Nusantara) pada hari Senin, 15 Jul 2024 - 18:35:32 WIB
Bagikan Berita ini :

Kebijakan BUMDes Mematikan Koperasi

tscom_news_photo_1721043332.jpg
Eddy Junaidi (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Joko Widodo adalah orang yang paling bertanggungjawab atas “matinya”
Gerakan Koperasi di Indonesia.

Salah satu “cita” dari Nawacita Joko Widodo adalah pembangunan dari desa ke kota. Implikasinya diubah dari Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal menjadi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Sekaligus dengan skema dana desa Rp1 miliar per desa, dengan dorongan pembangunan lembaga Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai motor penggerak.

Koperasi Diganti BUMDes

Ulah oknum koperasi memanfaatkan lembaga koperasi untuk kepentingan
pribadi, sehingga citra koperasi hancur. Maklum, koperasi dan UMKM adalah
salah satu heritage Orde Baru.

Semenjak Orde Reformasi, koperasi dan UMKM tidak lagi didukung penuh oleh
pemerintah. Padahal saat krisis moneter 1998 Indonesia tertolong salah satunya
oleh koperasi dan UMKM. Namun puncak kehancuran koperasi pada era Joko
Widodo ketika virus korporasi dipaksakan lewat BUMDes.

Koperasi didasari kebersamaan dengan filosofi gotong-royong. Koperasi berangkat dari ekonomi pedesaan yang terbentuk secara natural. Bahkan dulunya pernah ada sistem barter antar desa dari komoditisi sesuai produksi kebutuhan antar desa. Secara kelembagaan mereka bentuk pelembagaan koperasi sebagai payung hukum. Berbeda sekali dengan azas korporasi (BUMDes) yang profit oriented Joko Widodo dalam sepuluh tahun terakhir ini terkesan daulat investor, sehingga kedaulatan rakyat dalam ekonomi tercerabut sebagai sistem sosial. Joko Widodo all-out (melakukan dengan sepenuh tenaga) untuk daulat investor, sehingga apa saja kebijakannya untuk kepentingan investor, nyaris tidak ada “untuk rakyat” dalam setiap kebijakannya.

Koperasi Soko Guru Ekonomi Indonesia

Founding father telah menempatkan koperasi sebagai soko guru ekonomi
Indonesia. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tercapainya
masyarakat adil dan makmur adalah salah satu tujuan bernegara. Hal ini
dipertegas oleh keberadaan Pasal 33 UUD 1945, sangat tegas orientasi
pembangunan ekonomi untuk seluas-luasnya kepentingan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Kebijakan ekonomi Joko Widodo yang liberal terhadap pasar tanpa kendali
pemerintah menghidupkan kehadiran kartel hampir untuk seluruh komoditi. Hal
ini diperburuk pelaku ekonomi swasta besar yang dikuasai oleh satu etnis (Cina).

Kita tahu bahwa koperasi dan UMKM di Indonesia seluruhnya berjumlah hampir
59,2 juta. Joko Widodo menempatkan relawan Teten Masduki sebagai Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah memegang kendali. Teten Masduki sama sekali tidak mempunyai latar belakang di bidang tersebut. Keberadaannya pada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah di bidang hukum, sama sekali tidak berkontribusi pada dunia koperasi dan UMKM di Indonesia.

Kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 20% pun tidak lagi dinikmati koperasi dan
UMKM, karena perbankan membeli port folio dari bank yang konsentrasi dari
segmen tersebut. Semenjak Bank Indonesia menghilangkan Divisi UMKM
dengan mendirikan PT. Permodalan Madani Indonesia, perannya hanya dalam
membentuk Bank Muamalat, setelah itu nyaris tidak terdengar kiprahnya.

Prabowonomics Jika Ingin Welfare State Harus Menyadari dan Mengevaluasinya

Jika Prabowo Subianto ingin ke Mazhab ekonomi kesejahteraan, sistem ekonomi
saat ini perlu dikoreksi total. Ekonomi kita mencerabut jatidiri bangsa tentang
kebersamaan dan gotong-royong. Mazhab ayahanda, Prof. Soemitro
Djojohadikoesoemo yang sudah menyadari masalah ketimpangan ekonomi ini sejak tahun 1951 membuat program Benteng yang memberi peluang pengusaha pribumi sebagai importir, dan dukungan alokasi kredit dengan sistem ekonomi inklusif.

Sangat penting nanti siapa yang akan duduk dalam tim ekonominya. Jika melihat yang menyiapkan Badan Penerimaan Negara saat ini, mayoritas adalah mantan pejabat ekonomi Orde Baru, perlu ekonom pasar yang mempunyai pengalaman teknokratis.

Kepemimpinan Prabowo Subianto yang solid mampu membuat stabilitas politik
sebagai syarat dari akselerasi pertumbuhan. Pertumbuhan 8–9% menjadi target pertumbuhan ekonominya. Perlu skema jitu dalam pengelolaan ekonomi bisnis. Perlu harmonisasi dan sinkronisasi antara swasta besar dan UMKM,serta BUMN.

Skema SWF (Sovereign Wealth Funds) dengan Indonesia Incorporated menjadi
pilihan tepat untuk berkompetisi di kancah global. Pembenahan ekonomi
domestik dan restrukturisasi utang, menjadi fokus utama dengan memperluas ruang fiskal dari PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) secara spesifik memperbesar skema bagi hasil dengan industri migas dan pertambangan. Kebijakan hilirisasi menjadi nilai tambah yang diikuti dengan kebijakan uang ekspor, harus kembali ke tanah air.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 79 - SOKSI
advertisement
HUT RI 79 - ADIES KADIR
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

AstabratA Institute: Warisan Utang Pemerintah Jokowi

Oleh Agusto Sulistio - Mantan Kepala Aksi dan Advokasi PIJAR era90an
pada hari Sabtu, 07 Sep 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Pemerintahan Presiden Joko Widodo akan meninggalkan beban utang yang sangat besar bagi pemerintahan baru. Menjelang transisi kekuasaan, angka utang Indonesia kian ...
Opini

KIM Plus: Lonceng Kematian Demokrasi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Menyusul Putusan MK No.12/2024 yang memenangkan Prabowo-Gibran, Koalisi Indonesia Maju yang mengusung pasangan itu langsung berkonsolidasi untuk meraih sasaran berikutnya: ...