Opini
Oleh Goldy Arsyi | Junior Journalist. pada hari Selasa, 18 Feb 2025 - 16:42:23 WIB
Bagikan Berita ini :
#INDONESIAGELAP

Indonesia Gelap

tscom_news_photo_1739871743.png
(Sumber foto : )

Pada 17 Februari 2025, sejumlah elemen mahasiswa, termasuk Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), menggelar aksi demonstrasi bertajuk "Indonesia Gelap" di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Aksi ini merupakan respons terhadap beberapa kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat.

Salah satu pemicu utama demonstrasi ini adalah diterbitkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2025. Inpres ini menginstruksikan pemotongan anggaran sebesar Rp306,7 triliun, yang mencakup pengurangan anggaran kementerian/lembaga sebesar Rp256,1 triliun dan transfer ke pemerintah daerah sebesar Rp50,6 triliun. Kebijakan ini dianggap dapat berdampak negatif pada berbagai sektor pelayanan publik.

Dalam aksi tersebut, mahasiswa menyampaikan lima tuntutan utama:

1. Pencabutan Inpres Nomor 1 Tahun 2025: Mahasiswa mendesak pemerintah untuk mencabut Inpres tersebut karena dianggap tidak berpihak kepada rakyat dan berpotensi mengurangi kualitas pelayanan publik.


2. Pencabutan Pasal dalam RUU Minerba: Mahasiswa menolak pasal yang memungkinkan perguruan tinggi mengelola tambang, guna menjaga independensi akademik dan mencegah komersialisasi pendidikan.


3. Pencairan Tunjangan Dosen dan Tenaga Pendidik: Mahasiswa meminta pemerintah memastikan pencairan tunjangan bagi dosen dan tenaga pendidik tanpa pemotongan atau hambatan birokrasi, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik.


4. Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Mahasiswa mendesak evaluasi total terhadap pelaksanaan program MBG dan mengusulkan agar program tersebut tidak membebani anggaran pendidikan, mengingat pentingnya alokasi dana yang memadai untuk sektor pendidikan.


5. Pembuatan Kebijakan Berbasis Riset Ilmiah: Mahasiswa menuntut pemerintah berhenti membuat kebijakan publik yang tidak didasarkan pada riset ilmiah dan tidak berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.

Menanggapi aksi dan tuntutan mahasiswa, pemerintah menyatakan bahwa kebijakan efisiensi anggaran bertujuan untuk meningkatkan efektivitas belanja negara dan mengalokasikan dana untuk program prioritas, seperti program Makan Bergizi Gratis (MBG). Namun, pemerintah juga menyatakan akan mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak untuk memastikan kebijakan yang diambil tidak merugikan masyarakat.

Demonstrasi "Indonesia Gelap" mencerminkan kekhawatiran mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap dapat merugikan sektor pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Tuntutan yang disampaikan menekankan pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan pembuatan kebijakan yang berbasis riset ilmiah demi kesejahteraan rakyatIndonesia.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
RAMADHAN 2025 H ABDUL WACHID
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
RAMADHAN 2025 M HAEKAL
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Impor Gula vs Penghuni Usus

Oleh Cak AT (Ahmadie Thaha)
pada hari Selasa, 11 Mar 2025
Ah, gula. Barang yang selalu dibela mati-matian oleh pemerintah, seolah-olah negeri ini tak bisa hidup tanpanya. Terbukti, meskipun dulu berjanji hendak mencapai swasembada, toh pemerintah tetap ...
Opini

Rantai Korupsi Tambang Nikel

Indonesia punya segalanya: kekayaan alam melimpah, tenaga kerja murah, dan, tentu saja, kreativitas tanpa batas dalam urusan korupsi. Ambil contoh nikel. Tahun 2023, kita memproduksi 21 juta ton ...