Opini
Oleh Goldy Arsyi, Junior Journalist. pada hari Rabu, 19 Feb 2025 - 10:22:38 WIB
Bagikan Berita ini :

Indonesia Gelap: Mahasiswa Siapkan Aksi Akbar di Hari Pelantikan Kepala Daerah

tscom_news_photo_1739935358.png
(Sumber foto : )

Jakarta, 19 Februari 2025 – Gelombang protes mahasiswa terus bergulir. Setelah menggelar aksi pada 17 Februari lalu, kini mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) tengah mempersiapkan demonstrasi yang lebih besar bertajuk Indonesia Gelap. Aksi ini direncanakan berlangsung pada 20 Februari 2025, bertepatan dengan pelantikan kepala daerah terpilih oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara.

Ketua BEM SI, Herianto, mengungkapkan bahwa aksi kali ini akan melibatkan jumlah massa yang lebih besar dan tersebar di berbagai kota. “Kami ingin kepala daerah yang baru dilantik turut mendengar langsung tuntutan mahasiswa. Ini bukan sekadar aksi simbolis, tapi bentuk peringatan bahwa ada masalah serius yang harus segera diselesaikan,” ujar Herianto dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (18/2).

Mengapa Aksi?

Belum ada pernyataan resmi mengenai tuntutan utama dalam aksi ini, tetapi berdasarkan pernyataan sebelumnya, mahasiswa menyoroti berbagai persoalan, mulai dari ketidakpastian hukum, kondisi ekonomi yang semakin sulit, hingga kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.

Beberapa tuntutan yang mengemuka dalam aksi sebelumnya termasuk desakan terhadap reformasi hukum yang lebih tegas, penolakan terhadap kebijakan tertentu yang dinilai merugikan masyarakat, serta kritik terhadap upaya pemberangusan demokrasi. Mahasiswa juga menyoroti maraknya dugaan korupsi dan lemahnya penegakan hukum yang memperburuk situasi sosial dan ekonomi di Indonesia.

Selain itu, ada kekhawatiran bahwa kebebasan berpendapat semakin terancam. Beberapa aktivis mengungkapkan adanya tekanan terhadap gerakan mahasiswa, baik dalam bentuk intimidasi maupun upaya pembungkaman suara kritis.

Sejak aksi sebelumnya, mahasiswa terus melakukan konsolidasi secara intensif. Berbagai diskusi dan rapat koordinasi dilakukan, baik secara langsung maupun melalui platform digital. Mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan kota-kota lainnya dilaporkan telah bersiap turun ke jalan.

Menurut sumber internal BEM SI, mobilisasi massa telah dilakukan melalui jaringan organisasi mahasiswa dan kelompok masyarakat sipil. Beberapa universitas bahkan melaporkan adanya tekanan dari pihak kampus untuk membatasi partisipasi mahasiswa dalam aksi ini. Namun, hal tersebut justru semakin memicu semangat perlawanan.

"Kami sadar ada risiko, tapi ini tanggung jawab moral kami sebagai mahasiswa untuk menyuarakan kebenaran," kata seorang mahasiswa.

Di sisi lain, aparat keamanan juga telah bersiap mengantisipasi aksi ini. Pihak kepolisian menyatakan akan menerapkan pengamanan ketat di sekitar Istana Negara dan titik-titik strategis lainnya. Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya, Irjen Pol Rudi Hartanto, mengatakan bahwa pengamanan akan dilakukan sesuai prosedur untuk memastikan aksi berjalan tertib.

"Kami akan memastikan situasi tetap kondusif. Silakan menyampaikan aspirasi, tapi kami berharap aksi dilakukan dengan tertib dan tidak mengganggu ketertiban umum," ujar Rudi dalam keterangannya.

Dinamika Politik dan Respons Pemerintah

Aksi mahasiswa ini menjadi ujian bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yang baru saja dilantik beberapa bulan lalu. Sejumlah pengamat menilai bahwa aksi ini mencerminkan meningkatnya ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah, terutama di bidang ekonomi, hukum, dan demokrasi.

"Pemerintah harus melihat ini sebagai sinyal penting bahwa ada keresahan di masyarakat, terutama di kalangan mahasiswa dan kelompok muda," ujar pengamat politik dari Universitas Indonesia, Dr. Andi Wijaya.

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Istana Negara terkait rencana aksi ini. Namun, beberapa pihak di pemerintahan menyebut bahwa dialog tetap menjadi opsi terbaik untuk menyelesaikan perbedaan pandangan.

Arah Gerakan Mahasiswa ke Depan

Aksi Indonesia Gelap bisa menjadi momentum baru bagi gerakan mahasiswa di Indonesia. Jika gerakan ini mampu mempertahankan konsistensinya dan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat, bukan tidak mungkin akan muncul gelombang protes yang lebih besar di masa mendatang.

Namun, tantangan tetap ada. Selain tekanan dari pihak berwenang, mahasiswa juga harus memastikan bahwa gerakan mereka tetap fokus pada substansi tuntutan dan tidak terjebak dalam kepentingan politik tertentu.

Apakah aksi ini akan menjadi awal dari gerakan perubahan yang lebih besar? Jawabannya akan terungkap dalam beberapa hari ke depan.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
RAMADHAN 2025 H ABDUL WACHID
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
RAMADHAN 2025 M HAEKAL
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Impor Gula vs Penghuni Usus

Oleh Cak AT (Ahmadie Thaha)
pada hari Selasa, 11 Mar 2025
Ah, gula. Barang yang selalu dibela mati-matian oleh pemerintah, seolah-olah negeri ini tak bisa hidup tanpanya. Terbukti, meskipun dulu berjanji hendak mencapai swasembada, toh pemerintah tetap ...
Opini

Rantai Korupsi Tambang Nikel

Indonesia punya segalanya: kekayaan alam melimpah, tenaga kerja murah, dan, tentu saja, kreativitas tanpa batas dalam urusan korupsi. Ambil contoh nikel. Tahun 2023, kita memproduksi 21 juta ton ...