Aku mendapat training pertama isu perubahan iklim di tahun 2009, langsung dari Al Gore (mantan Wapres Amerika Serikat - USA, sekaligus pemenang Nobel Perdamaian) di Melbourne, Australia. Aku bahagia menjadi bagian dari "the First 50", yang beruntung dari Indonesia. Lalu 2010 di Nashville (USA) dan 2011 di Jakarta aku juga langsung mendapat training dari Al Gore. Kemudian tim Climate Leader dari Indonesia berkembang biak dan beranak-pinak. Dari puluhan menjadi ratusan, dan sekarang jumlahnya ribuan dari berbagai tempat di Indonesia.
Di masa pandemi ada beberapa kali training online yang berskala global. Yang ikut tak lagi hanya hitungan puluhan, tapi ratusan, di banyak negara. New normal, di mana cara baru menjadi kebiasaan, yakni traning online Climate Reality, juga melibatkan tim Indonesia. Aku ikutan jadi mentor juga. Saat itu rasanya senang bercampur deg-degan, karena aku harus bisa "menghandle" perkembangan teknologi komunikasi baru, dan membuat para mentee, yang bukan hanya orang Indonesia, bisa nyaman baik secara materi maupun teknologi.
Di tahun 2025, tepatnya tanggal 5 April, sentuhan tangan tim Climate Reality Indonesia, dengan arahan dari mentor sejatiku di perubahan iklim, Bunda Amanda Katili, kembali mampu menghadirkan training di Indonesia, sebagai bagian dari Climate Reality Leadership Corps Training, yang berlangsung di belasan negara. (Panitianya canggih, tanpa "event organizer", bisa menghadirkan training super intensif satu hari penuh, dari pagi sampai malam hari. Bravo).
Pada training 2025 ini aku kembali menjadi mentor. (Meski semula iseng melamar jadi peserta, eh ditolak. Padahal jika jadi peserta bisa duduk manis, sementara mentor punya tugas asah, asih, asuh ke para mentee). Ternyata, aku kedapatan mentee yang usianya antara 22-27 tahun. Bahkan ada satu orang mahasiswa asing yang sedang studi magister di Indonesia ikut pelatihan ini. Jadilah kemudian bahasa di meja 6 adalah Inggris. Tak jadi kami bercakap melulu dalam bahasa kecintaan tanah air.
Pembukaan training berlangsung menarik dan menyentuh. Itu adalah saat kami bersama menyanyikan Indonesia Raya, tiga stanza. Ini membuatku merinding dan hampir menangis. Ini juga terus mengingatkanku bahwa perubahan iklim, yang berdampak pada setiap kehidupan manusia dan seisi bumi, adalah isu krusial bagi semua bangsa, termasuk Indonesia. Maka dalam konteks ini, bela bangsa adalah juga membela kehidupan manusia Indonesia dari dampak perubahan iklim, sekaligus mengajak semua untuk aktif terlibat dalam aksi penanganan perubahan iklim.
Tak bisa dikatakan mudah untuk membuka mata banyak orang tentang isu ini. Tak gampang pula menepis "bantahan dan perlawanan" dari sekelompok pebisnis dan politikus, yang sudah banyak mendapat keuntungan dari kegiatan ekstraktif sumber daya alam yang destruktif dan kegiatan merusak bumi lainnya. Ibaratnya, jika aliran penyadaran dan kesadaran beserta aksi penanganan perubahan iklim merupakan arus sungai jernih yang berupaya melakukan purifikasi sungai, banyak batu cadas besar terbentang, yang bahkan di banyak tempat hampir menutupi arus sungai tadi. Tapi takdir alam tak dapat disangkal, bahwa air sungai selalu punya cara untuk mengalir, bahkan menerobos masuk di sela-sela batu penghalang.
Dan takdir itu makin menampakkan kesejatiannya. Di hari itu aku bertemu dengan beberapa kawan dari berbagai isu. Kebanyakan kawan lama. Ada dari isu esoterika lintas agama, pemikiran kebangsaan, demokrasi dan hak asasi manusia. Ini paling tidak membuktikan bahwa isu perubahan iklim memang makin "mengena" ke semua orang. Jika tak terkena banjir, maka Anda bisa terjebak di jalan macet akibat banjir tadi. Jika tak kena udara panas karena punya pendingin ruangan, Anda bisa terkena dampak tidak sehat karena mendapat cuaca dan udara yang tak sehat pula. Dst. Dst. Dan kehadiran peserta berusia muda, didukung pula oleh para panitia muda, membuatku selalu punya harapan bahwa makin banyak yang akan tergerak untuk bergerak dalam mengatasi perubahan iklim.
Mimpi untuk bumi yang lebih baik bukan cuma sekedar "hopium". Ah, cuma mimpi, loe. Mimpi itu adalah nyata dan makin nyata; Mimpi yang makin didukung dan digerakkan banyak orang. Dan aku selalu bahagia menjadi bagian dari gerakan itu.
6 April 2025
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #