Opini
Oleh Ulfiana (Pegiat Kajian di PIUSH, Kabid Diklat Kohati Cabang Ciputat) pada hari Minggu, 13 Sep 2015 - 09:32:08 WIB
Bagikan Berita ini :

Aksi Tapi Tidak Menghargai

1demo-mahasiswa.jpg
Demo mahasiswa (Sumber foto : Istimewa)

Ciputat geger. Mahasiswa seolah kehilangan marwah. Beberapa oknum yang mengatasnamakan dirinya sebagai mahasiswa dan tergabung dalam Lingkar Studi Ciputat melakukan demo hanya dengan menggunakan balutan bikini di depan Istana Negara, Jakarta. Aksi ini berlangsung pada 10 September 2015 dengan tuntutan agar Jokowi-JK mundur dari jabatannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden dikarenakan mereka telah gagal menepati janji politiknya.

Demo bukan berarti tidak dibenarkan namun caranya yang acapkali menjadi kritikan. Ciputat yang kental dengan tradisi intelektualnya seolah kehilangan identitas karena kelakuan beberapa oknum yang sama sekali tidak mencerminkan intelektualitasnya. Pakaian bikini yang lazim dipakai perempuan seolah menjadi simbol bahwa kelemahan, sebagaimana Jokowi-JK yang tidak kuasa merealisasikan janji kepada rakyatnya.

Dari aksi mereka dapat disimpulkan bahwa perempuan menurutnya adalah lemah dan tidak berdaya. Aksi mereka tersebut berarti mendiskriminasikan perempuan dan hal yang tak lazim dilakukan oleh seorang yang disebut sebagai agent of change yakni agen perubahan. Apa guna seorang pandai beretorika jika ia tidak bisa menghargai seorang perempuan yang sangat dekat dengan kehidupannya. Ibu mereka yang melahirkan dengan sekuat tenaga atau bahkan kelak istrinya yang akan senantiasa mendampingi di kala bahagia dan susah.

Dari hal itu, bukankah perempuan adalah sosok yang sangat kuat. Bahkan kemajuan suatu negara itu terletak di tangan seorang perempuan. Bagaimana tidak, ia yang akan mencetak putra-putrinya menjadi generasi penerus bangsa. Dengan demikian, tindakan yang dilakukan oleh Lingkar Studi Ciputat (LSC) itu tidaklah patut untuk dilakukan. Karena selain menciderai dunia mahasiswa yang mencerminkan sosok yang memiliki intelektual tinggi, mereka juga menciderai kultur bangsa yang sangat menjunjung tinggi sikap saling menghargai sesama.

Memakai bikini saat demo dengan alasan karena memiliki simbol kelemahan adalah sebuah bentuk pelecehan bagi seorang perempuan. Ditambah lagi mereka tidak mencerminkan budaya Ciputat yang sarat akan intelektualnya. Kegiatan demo yang sangat dekat dengan dunia mahasiswa yang kental akan idealismenya tersebut patut untuk dipertanyakan ulang.

Idealisme bukan berarti asal turun ke jalan dengan mengkritik kebijakan pemerintah yang belum terealisasikan namun juga harus memperhatikan cara-cara yang digunakan agar tidak ada satu pihak pun yang merasa tidak dihargai atau bahkan dilecehkan oleh sesama. Wallahu ‘Alam.(*)

TeropongRakyat adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongRakyat menjadi tanggung jawab Penulis.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #demo mahasiswa  #demo pakai bikini  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 79 - SOKSI
advertisement
HUT RI 79 - ADIES KADIR
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Dialog Santai Kwik Kian Gie dan Anthony Budiawan

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Rabu, 16 Okt 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Pagi hari, Selasa, 15 Oktober 2024, kami berkomunikasi lagi. Kali ini pembicaraan kami seputar APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Maklum, malam sebelumnya ...
Opini

Natalius Pigai, Andalan Kabinet Prabowo

Aktivis sekaligus pegiat HAM, Natalius Pigai, menjadi calon kuat salah satu Menteri Kabinet Prabowo. Termasuk dalam gelombang pertama audisi atau tokoh yang dipanggil ke jalan Kertanegara, Jakarta, ...