CANBERRA (TEROPONGSENAYAN) - Tony Abbott pernah melukiskan krisis politik Februari silam sebagai pengalaman yang nyaris membuatnya mati saat dia baru saja memasuki bulan ke-17 menjabat Perdana Menteri Australia.
Saat itu dia menghiba kepada partainya, Partai Liberal, untuk memberi dia waktu manakala dia nyaris saja digulingkan. Tapi kini Abbott sudah kehabisan waktu. Pada 14 September kemarin Malcolm Turnbull mundur dari menteri dalam kabinet Abbott, lalu mengumumkan menantang Abbott sebagai pemimpin Partai Liberal.
Kemudian para anggota parlemen Partai Liberal menggelar pemilihan dan mayoritas memilih Turnbull dalam pemilihan di mana Turnbull didukung 54 suara sedangkan Abbott 44 suara. Akibatnya, Turnbull pun terpilih menjadi Perdana Menteri baru Australia.
Kepempimpin Abbott terus menghadapi guncangan dan akibatnya selama lebih dari setahun koalisi pemerintahan Liberal-Nasional terus-terusan ditempel kubu oposisi Partai Buruh dalam berbagai jajak pendapat.
Satu jajak pendapat awal September ini menempatkan Partai Buruh delapan persen di depan Liberal sehingga sudah cukup untuk menumbangkan pemerintah dengan menggelar pemilu, hanya dalam kurun setahun lebih.
Pendekatan ngotot dan penilaian politik yang buruk dari Abbott telah membuatnya menjauhkan diri dari banyak pemilih sehingga satu survei belakangan ini menyebutkan 41 persen rakyat Australia lebih memilih Turnbull sebagai pemimpin Liberal, sedangkan Abbott hanya 15 persen. (iy/an).