JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ketua Komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulay mengatakan tim pengawas DPR menilai bahwa pelayanan kesehatan bagi jemaah haji Indonesia belum maksimal.
Kendala utama peralatan medis dan mobil ambulance yang sangat terbatas. Hal itu diketahui dari penjelasan langsung dari beberapa petugas BPHI (balai pengobatan haji Indonesia) di Mekkah ketika tim pengawas DPR melakukan kunjungan dan pemeriksaan.
"Meskipun ada klinik-klinik satelit yang dibuka di masing-masing sektor, namun keterbatasan peralatan medis dan tenaga para medis menyebabkan para jamaah belum maksimal ditangani. Pelayanan medis ini menjadi sangat krusial karena jumlah jamaah lansia dan risti (resiko tinggi) dari tahun ke tahun semakin naik. Untuk tahun ini saja, jumlah jamaah lansia mencapai 64,5 persen. Berarti, jamaah risti jauh lebih banyak dari jamaah yang dikatakan fit untuk menjalani seluruh prosesi ibadah haji," kata Daulay melalui pesan singkatnya, Rabu (23/9/2015).
Menurut pantauan tim pengawas DPR, ada banyak pasien yang memerlukan obat-obatan untuk penyakit tertentu. Setelah dicek ketersediaannya di klinik-klinik satelit, obat-obatan itu tidak ada. Jamaah terpaksa berusaha untuk mendapatkannya di apotik-apotik yang ada di luar.
"Kesulitannya, tidak semua jemaah bisa menjelaskan penyakitnya kepada apoteker. Karena itu, tidak jarang mereka juga tidak bisa membeli obat. Selain itu, tidak semua obat bebas diperjualbelikan di apotek-apotek Saudi," ucapnya.
Menurut keterangan petugas BPHI, mereka juga terkendala dengan mobil ambulance. BPHI yang operasionalnya di bawah kementerian kesehatan hanya memiliki 9 ambulance.
Sementara, ada tiga ambulans yang tidak bisa beroperasi. Untuk menutupi kecukupan ambulance, BPHI terpaksa meminjam mobil-mobil yang dimiliki oleh kementerian agama. Sayangnya, mobil-mobil yang dimiliki kementerian agama banyak yang keluaran lama, sehingga terkadang ada yang bermasalah di tengah jalan.
"Kalau ada ambulance yang membawa pasien lalu mogok, tentu itu sangat riskan. Ambulance itu kan diperlukan untuk membawa pasien segera ke BPHI atau ke rumah sakit. Kalau mogok, ya itu akan menjadi masalah besar," bebernya.
Selain itu, bis-bis safari wukuf dinilai juga masih kurang. Dengan jumlah jemaah seperti sekarang ini, bis-bis safari wukuf itu menjadi penting. Dengan adanya bis-bis itu, jemaah yang sedang sakit tetap dimungkinkan untuk dibawa ke padang Arafah untuk melakukan wukuf meskipun tetap berada di dalam bis.
"PPIH hanya menyediakan 10 bis untuk safari wukuf. Kapasitasnya hanya bisa mengangkut 125 jemaah. Bis safari wukuf itu didesain bagi pasien yang masih memungkinkan untuk dibawa ke Arafah. Para pasien tetap di dalam bis. Bis telah dimodifikasi sedemikian rupa bagi pasien. Mereka bisa berbaring ataupun duduk. Sementara pengobatan dan alat-alat medis tetap melekat di tubuh mereka," tutup Saleh.(yn)