JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Presiden Joko Widodo sudah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan ini sesuai dengan janjinya saat kampanye dalam Pilpres 2014 lalu.
Menanggapi hal itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir tak setuju dengan adanya Hari Santri Nasional. Menurutnya, adanya hari santri tersebut mengesankan adanya pengkotak-kotakan di kalangan umat Islam.
“Semangat Muhammadiyah itu semangat ukhuwah yang lebih luas di tubuh umat Islam, agar umat utuh, tidak terkotak-kotak pada kategorisasi santri dan non-santri. Jadi kita menolak karena Hari Santri membelah antara santri dan non-santri," kata Haedar usai membuka acara Tanwir Nasyatul Aisyiyah II di Jalan PHH Mustopa Kota Bandung, Kamis (15/10/2015).
“Santri itu kategori dalam genre umat Islam yang tingkat beragamanya lebih terpenuhi. Kemudian kategorisasi yang lain ada abangan dan sebagainya. Kita menolak kategorisasi itu."
Ia juga menegaskan bahwa penolakannya ini tidak didasarkan pada suka atau tidak suka satu organisasi Islam terhadap organisasi Islam lainnya.
"Kami juga sampaikan kepada saudara kami dari umat Islam, dari organisasi Islam lain, bukan Muhammadiyah itu suka atau tidak suka dengan ini, tapi ingin lebih berpikir secara luas dan tidak terkotak-kotak,” jelasnya.
Haedar mengaku tengah menyiapkan surat dari organisasinya yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo soal penolakan tersebut, juga pada organisasi Islam lain.
Atas penolakannya ini, ia mengaku akan mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo. (iy)