PEKANBARU (TEROPONGSENAYAN) - Kalangan orang tua di Kota Pekanbaru dan sekitarnya kini cemas karena anak-anak mereka terus mengalami peningkatan stres akibat terpapar resiko asap yang melanda daerah itu sejak tiga bulan terakhir.
Seorang warga Kelurahan Kampung Tengah, Kecamatan Sukajadi, Jasmaniar (45), di Pekanbaru, Rabu (21/10/2015) mengatakan, dampak asap memberikan efek psikologi yang berat pada anaknya Keysa (10), seorang pelajar kelas V SD itu.
"Kondisi darurat asap yang kian bertambah pekat ini, telah menimbulkan stres dan kecemasan pada anak saya yang ditunjukkannya dalam bentuk kegelisahan, mengeluh sakit di dada, mimpi buruk, mengigau, demam tinggi," katanya.
Mirisnya, katanya lagi, pada Oktober ini, anak-anak sedang menghadapi ujian tengah semester (UTS), setelah pulang sekolah mereka justru mengeluh, bahwa UTS tidak akan bisa dikerjakannya dengan baik.
"Bagaimana aku bisa lulus UTS mama, kepala ku pusing, perut mual-mual mau muntah rasanya, membaca soal itu saja aku tidak bersemangat," kata Keysa seperti dituturkan Jasmaniar.
Senada dengan Jasmaniar, orang tua lainnya Hafifah (38) seperti dilaporkan Antara,menuturkan bahwaanaknya sering berperilaku sulit/ tidak kooperatif, ketakutan, dan lainnya sebagai dampak dari resiko terpapar asap.
Seharusnya, katanya lagi, semua pihak sadar bahwa bencana asap telah menimbulkan banyak kerugian sehingga pembakaran lahan dan hutan tidak lagi dilakukan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Riau, Andra Sjafril mengatakan, orangtua atau pengasuh sedapat mungkin harus mempertahankan rutinitas keluarga yang biasa dilakukan.
"Orangtua agar dapat lebih memberikan perhatian, membantu ekspresi anak misalnya melalui kegiatan musik, seni, membuat buku harian, memberikan pelukan, serta lebih sabar dalam menghadapi tingkah laku anak yang tidak biasa seperti ini akibat terpapar asap itu," katanya.
Ia menjelaskan bahwa asap terdiri atas organik partikel yang sangat kecil, droplet cairan dan gas seperti CO, CO2, dan bahan organik, volatil lain, seperti formal dehida dan akrolein, namun kandungan sebenarnya terkandung dari bahan yang terbakar.
Pengaruh asap yang paling umum pada anak yaitu iritasi mata dan saluran pernafasan, penurunan fungsi paru, dan perburukan penyakit paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya (contohnya asma).
Inflamasi paru dan pengaruh pada jantung dan pembuluh darah karena menghirup asap dapat menyebabkan sesak nafas, nafas cepat, wheezing, batuk, rasa panas atau terbakar pada saluran nafas dan mata, nyeri dada, pusing atau berkunang-kunang dan gejala lainnya.
Kalaupun anak-nak diungsikan, katanya pesimistis, mereka mau diungsikan kemana? Sebab Sumatera sudah dikepung oleh asap, beda dengan banjir maka warga bisa diungsikan ke tempat ketinggian.
Namun demikian, katanya lagi, bagi anak-anak yang rentan terhadap resiko terpapar asap terutama anak usia di bawah 10 tahun, ibu hamil, lansia, penderita penyakit jantung paru-paru disarankan agar tidak ke luar rumah.
"Ada yang lebih memprihatinkan dengan lansia yang masih bekerja mencari nafkah di luar rumah, lalu bagaimana bisa kita menyarankan mereka untuk tidak ke luar rumah?," katanya.
Akan tetapi untuk mengurangi pajanan (terpapar) asap sebaiknya tetap di dalam ruangan dengan jendela dan pintu tertutup, tutup tiap ada akses ke luar ruangan, air conditioner (AC) dalam mode "re-circulate", ganti filter secara teratur.
"Ketika ada periode berkurangnya asap, buka ventilasi-ventilasi rumah, bersihkan rumah dari partikel debu yang sudah sempat menumpuk di dalam rumah," katanya dan menambahkan bagi penderita penyakit kronis seperti jantung, hipertensi, gula dan lainnya perlu meminta nasehat dokter, selain itu jangan merokok, dan hindari kegiatan membakar apa saja," katanya. (iy)