Opini
Oleh Rifqi Syahrizal (Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa FISIP UIN Jakarta) pada hari Rabu, 28 Okt 2015 - 18:51:31 WIB
Bagikan Berita ini :

Refleksi Sumpah Pemuda: Pemuda Sebagai Inisiator Persatuan Bangsa

761526771_786269544717435_1990368349_n.jpg
Rifqi Syahrizal (Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa FISIP UIN Jakarta) (Sumber foto : Istimewa)

“Sejarah dunia adalah sejarah orang muda, jika angkatan muda mati rasa, matilah semua bangsa”.

Ungkapan Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya Anak Semua Bangsa tersebut kiranya amat cocok menjadi nasihat bagi kita sebagai bangsa Indonesia dan pemuda Indonesia. Pasalnya, sejarah perjuangan bangsa Indonesia memang tidak bisa dilepaskan dari peran besar pemuda atau kaum muda.

Sudah 87 tahun, terhitung sejak 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia dan bangsa Indonesia memperingati Sumpah Pemuda. Dimana pada masa itulah pemuda-pemuda memperjuangkan keyakinan yang satu atas bangsa Indonesia.

Mereka yang berasal dari berbagai organisasi dan latarbelakang sepert Jong Java, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Islamiten Bond, Jong Celebes, Jong Sumatera, Jong Borneo dan lain-lain, merasa terpanggil untuk melakukan konsolidasi dan rekonsiliasi untuk bersatu melawan penjajah.

Para pemuda sadar bahwa perlu adanya kesadaran kolektif serta identitas kolektif dalam bersatu melawan penjajah. Oleh sebab itu, para pejuang muda pada saat itu rela menanggalkan latarbelakang atau kepentingan sektoral yang melekat pada dirinya untuk bersatu melawan penjajah dan mempejuangkan kemerdekaan dengan mendeklarasikan diri menjadi Jong Indonesia.

Melihat sejarah Sumpah Pemuda, kita dapat melihat bahwa pemudalah yang berjuang dengan jiwa dan raganya demi persatuan dan kemerdekaan. Pemuda lah yang menjadi penggerak dan pelopor perubahan nasib bangsa. Pemuda juga lah yang berani berjuang dalam mewujudkan cita-cita bangsa.

Namun apa kabar pemuda Indonesia hari ini???

Sungguh ironis, ketika banyak pemuda yang tidak mampu bahkan mau memahami apa makna yang ada dibalik peristiwa Sumpah Pemuda yang digaungkan ketika Kongres Pemuda II, bahkan menganggap momen Sumpah Pemuda hanya sebagai prosesi ceremonial belaka.

Padahal, pada masa itulah titik awal dimana Bangsa Indonesia dideklarasikan dengan prosesi yang penuh pengorbanan darah, jiwa dan raga. Sehingga kita dapat menikmatinya kini.
Namun Semangat Sumpah Pemuda seolah dilupakan begitu saja.

Lihat saja, banyak pemuda yang menjadi korban teror gaya hidup atau teror hedonisme bahkan telah menjadi agen penyebarnya. Banyak pemuda yang kini menggaungkan perseteruan dan perpecahan, bukan persatuan. Banyak pemuda yang lupa terhadap spirit Sumpah Pemuda, padahal tak setetes pun darahnya diminta untuk Indonesia.

Sebagai pemuda yang insyaf dan sadar akan tanggungjawab anak bangsa, saya ingin mengajak para pemuda Indonesia bahwa kita lah pemegang tampuk kepemimpinan kelak, bahwa ditangan kita lah nasib bangsa Indonesia terkepal. Pemudalah yang harus mencetak sejarah hari ini dan menentukan bagaimana masa depan Indonesia.

Sebagaimana diamini oleh Ben Anderson, seorang indonesianis, dalam bukunya Java In a Time of Revolution: Occupation & Resistance, bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah pergerakan pemuda.

Sebagaimana tercatat dalam sejarah Sumpah Pemuda, sudah sepatutnya kita sebagai pemuda mampu menjadi inisiator persatuan dan rekonsiliasi kebangsaan di tengah pihak asing yang coba menerapkan politik pemecah belah gaya baru (neo-devide et impera).

Para pemuda harus menjadi golongan Primus Interpares, kaum yang paling utama dari keseluruhan tingkatan generasi manusia, atau sebagai the leader of tomorrow yang senantiasa terus menggaungkan suara persatuan di tengah keniscayaan perbedaan sebagaimana makna Bhineka Tunggal Ika.Dimana pun dan dalam kondisi apa pun.

Sehingga pemuda Indonesia kedepan dapat menjadi Golden Stock (generasi emas), agent of change, dan kekuatan moral intelektual, yang menentukan masa depan Indonesia yang lebih baik.

Oleh sebab itu, di hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2015 ini, mari kita internalisasikan makna dan nilai persatuan yang diajakan pejuang muda terdahulu dengan cara membangun kesadaran kolektif (collective awareness) pada diri kita bahwa kita memiliki identitas kolektif (collective identity), yakni bangsa Indonesia.

Selanjutnya, mari kita aktualisasikan dengan aksi kolektif (collective action) yang produktif dan konstuktif menuju persatuan dan kesatuan (unity) bangsa Indonesia yang utuh dan masa depan Indonesia yang gemilang.

Karena sesungguhnya momen Sumpah Pemuda adalah momen sejarah yang merepresentasikan spirit pemuda yang produktif dan konstruktif, bukan destruktif. Jadi, jangan sekali-sekali kita memperingati hari ini dengan tindakan-tindakan yang destruktif.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #rifqi  #sumpah pemuda  #uin  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Digitalisasi Salah Satu Kunci Genjot Pertumbuhan Ekonomi

Oleh Uchok Sky Khadafi Aktivis 98, Direktur Eksekutif Center for Budget Analisys (CBA)
pada hari Selasa, 05 Nov 2024
Kondisi ekonomi global dalam beberapa tahun belakangan ini dihadapkan pada ketidakpastian. Selain dipicu perang Rusia-Ukraina, ketidakpastian ekonomi global juga terjadi imbas perang dagang antara ...
Opini

Blockchain Untuk Koperasi Indonesia

Sejak kemerdekaan, koperasi di Indonesia berkembang sebagai simbol ekonomi rakyat yang berbasis gotong royong, berperan penting dalam upaya mewujudkan kedaulatan ekonomi. Pada masa awal, koperasi ...