Peribahasa ‘buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’ tampaknya cukup tepat untuk menggambarkan apa yang terjadi pada Prof Dr H Dailami Firdaus, anggota DPD RI dari daerah pemilihan DKI Jakarta. Karir dan kehidupan Dailami tidak banyak berbeda dengan sang ibu, Prof Dr Hj Tutty Alawiyah AS. Sang ibu, selain dikenal sebagai mubalighah juga dikenal sebagai intelektual. Tutty adalah pendiri sekaligus ketua umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) se-Indonesia. Tutty juga menjadi salah satu ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, dan rektor Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) Jakarta. Tutty pernah menjadi anggota MPR RI dan Menteri Pemberdayaan Perempuan.
Jalan hidup Dailami juga seperti sang ibu. Di bidang pendidikan, Dailami Firdaus tercatat sebagai dosen dan wakil rektor UIA. Kegiatan memenuhi undangan ceramah, seminar, khotbah Jumat, dan tabligh merupakan kegiatan rutin harian yang sudah lama ia lakukan. “Kalau saya diundang umat untuk ceramah atau tabligh, saya tidak berani menolak dan harus memenuhinya,” ujar Dailami dalam perbincangan kepada Teropong Senayan.com di Jakarta, belum lama ini. Setelah malang melintang di dunia pendidikan dan dakwah, i pun mmberanikan melangkah ke dunia politik melalui jalur independen atau perorangan.
Dailami Firdaus adalah putra asli Betawi pasangan H. Achmad Chatib Naseh dan Hj Tutty Alawiyah AS. Dengan demikian, ia juga merupakan cucu KH Abdullah Syafi’ie, ulama Betawi ternama yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Dailami Firdaus lahir di Jakarta, 12 Desember 1964. Dari pernikahannya dengan SR Hidayati SE, dia dikaruniai empat anak: Abizar Hadi Ghifari, Bintang Akbar Yusuf, Finda Dania Fadhilah, dan Bunga Dania Fajriyah.
Dailami mengaku sangat beruntung lahir dan besar dalam keluarga yang religus, peduli pada pendidikan dan cinta pada anak yatim/dhuafa. Dailami mengatakan dirinya banyak belajar dari sang ayah yang sabar dan cinta pada anak-anak yatim serta kaum dhuafa. Sementara untuk berkiprah di dunia dakwah, pendidikan dan politik ia mengaku banyak belajar dari sang ibu. Kepedulian Dailami Firdaus, antara lain, diwujudkan dalam bentuk menampung, membina dan memberi bekal pendidikan kepadan anak-anak yatim dan dhuafa di Pesantren KhususYatim As-Syafiiyah. Kedekatannya dengan anak-anak yatim juga ia tunjukkan sewaktu-waktu mengiringi dengan keyboard anak-anak yatim bernyanyi. “Kalau sudah bersama anak-anak yatim, saya sudah merasa sangat bahagian,” tuturnya.
Dailami Firdaus ingin membuktikan bahwa ‘anak Betawi’ dapat ‘sekolah tinggi’. Ia juga tidak ingin hanya membanggakan kesuksesan dan popularitas orangtua. Maka, Dailami Firdaus pun berburu ilmu bahkan sampai ‘ke negeri China’. Gelar sarjana hukumnya ia dapatkan dari Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Sementara gelar S-2 LLM (Master of Laws) ia dapatkan dari American University. Sedangkan gelar doktor (S-3) ia selesaikan di Universitas Negeri Jakarta.
Pada 1999, Dailami Firdaus mendapatkan gelar Profesor dari Jiaying University, Guangdong, Republik Rakyat China. Di negeri Cina itu pula, tepatnya di China University of Political Science and Law (CUPL), Dailami menjadi dosen tamu.
Pemilu legislatif, 9 April 2014 mengantarkan Dailami menjadi senator (anggota DPD RI) dari daerah pemilihan DKI Jakarta. Bertarung melalui jalur independen, Dailami Firdaus memperoleh 416.929 suara. Dengan perolehan suara itu, Dailami Firdaus merupakan satu dari empat senator yang mewakili DKI Jakarta di Senayan. Senator lainnya: Dr (HC) HAM Fatwa, Hj Fahira Idris, SE, dan Abdul Azis Khaifa. Keterpilihannya sebagai salah satu senator karena Dailami Firdaus sudah akrab dengan masyarakat Jakarta melalui berbagai kegiatan sosial, pengajian, dan pendidikan. Pemilu 2014 merupakan kali pertama Dailami Firdaus ‘berpolitik’ melalui jalur independen sebagai anggota DPD RI.
Dailami tidak ingin hanya sekadar tercatat sebagai anggota DPD tetapi ngin menjalankan fungsinya sebagai senator. Ia bertekad memperjuangkan aspirasi masyarakat Jakarta. Setelah menyandang predikat senator, Dailami Firdaus makin sering turun ke masyarakat untuk menyerap aspirasi. Tak segan-segan ia keluar masuk kampung-kampung Jakarta. Ia memberi motivasi kepada masyarakat untuk berbuat sebaik-baiknya sebagai warga Jakarta dan mengajak warga Jakarta menjadi contoh dalam setiap lingkungan
Kamis (16/10/2014) lalu, Dailami Firdaus mengundang seluruh anggota DPD RI ke kediamannya di kawasan Jatiwaringin. Selain untuk bersilaturahmi, acara tersebut juga dimaksudkan untuk bertukar pikiran mengenai berbagai ide perbaikan bangsa dan negara. Para anggota DPD RI ini berasal dari seluruh provinsi dan mewakili masyarakat Indonesia. "Jadi saya merasa perlu untuk mengundang mereka dan tukar pandangan dengan mereka yang berasal dari berbagai latarbelakang sosial, agama, dan pendidikan," papar Dailami Firdaus tentang gagasan mengundang seluruh anggota DPD RI ke rumahnya.
Sebagai orang yang baru menjadi senator, Dailami Firdaus mengaku merasa perlu belajar dari mereka yang telah lebih dari satu periode menjadi anggota DPD. Apalagi di antara senator itu banyak yang juga pernah menjadi anggota DPR RI atau menjadi kepala daerah.
Menjadi senator yang mewakili lebih dari 10 juta warga Jakarta dan dituntut untuk ikut serta dalam memajukan ibukota, bukanlah pekerjaan mudah. Dan Dailami Firdaus memahami hal itu. Namun dengan bekal ilmu, pengalaman dan kedekatan dengan masyarakat selama puluhan tahun, Dailami Firdaus optimis dapat menjalankan amanah ini. "Insya Allah dengan dukungan banyak pihak, saya dapat menjalankan tugas ini," tutur Dailami Firdaus.
Agar dapat maksimal dalam menjalankan tugas, Dailami Firdaus membentuk sebuah tim bernama Dailami Firdaus Center. Tim tersebut diberi tugas menampung aspirasi masyarakat dan melakukan eksekusi berupa bantuan, advokasi atau penerangan. Tentang tim ini, ia berujar, "Dengan Dailami Firdaus Center ini jangkauan tangan saya bisa lebih panjang, mata dan telinga saya bisa lebih banyak. Sehingga saya bisa cepat merespon atas apa yang terjadi di masyarakat," papar Dailami Firdaus yang juga ahli di bidang teknologi informasi ini. (b)