JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Dua kubu Partai Golkar sama-sama berusaha mendekati Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Keduanya diduga membawa kepentingan-kepentingan partai ke depan.
"Tidak mengherankan, melihat gaya pendekatan Golkar kedua kubu itu yang begitu intens ke Jokowi. Karena merasa Golkar tidak mendapat apa-apa dari KMP," kata pengamat komunikasi politik Ari Junaidi kepada TeropongSenayan, Jumat (9/1/2015).
Seperti diketahui, Rabu (7/1/2015) Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar hasil Munas Bali, Akbar Tandjung menemui Presiden Jokowi. Pertemuan itu dipastikan membawa sejumlah amanat dan kepentingan kubu Aburizal Bakrie. Begitupun sebaliknya, Ketua umum versi Munas Ancol, Agung Laksono sempat bertemu dengan Jokowi. Hal ini pasti terkait dengan pengukuhan dukungan kepada pemerintahan.
"Seiring dengan makin meredupnya pamor KMP maka menjadi logis dan lumrah jika masing-masing anggota koalisi mulai melakukan upaya penyelamatan diri," tambah pengajar program pascasarjana Universitas Indonesia itu.
Ari menduga ada sejumlah pertimbangan mengapa Partai Golkar bertindak demikian. "PPP kubu Djan Faridz makin lemah pengaruh politiknya. Sementara Partai Demokrat juga tidak jelas sikap politiknya. Lalu kepemimpinan Hatta Radjasa di PAN juga mulai melemah. Inilah yang menjadi alasan tepat bagi Golkar untuk mereposisi perannya di KMP," paparnya.
Oleh sebab itu, lanjut Ari, Presiden Jokowi berkepentingan untuk bisa merangkul Partai Golkar. Apalagi PPP sudah masuk barisan pendukung pemerintahan.
Dikatakan Ari, politisi sekelas Akbar Tandjung yang mempunyai banyak pengalaman memahami betul suasana kebatinan di dalam partai berlambang pohon beringin itu. "Tetap ngeyel di KMP tapi tidak mendapat konsesi politik atau bersikap manis di barisan pendukung Jokowi tapi mendapat 'gula-gula' konsesi politik. Saya kira Golkar akan memilih pilihan kedua mengingat Golkar tidak punya pengalaman sama sekali di luar pemerintahan," pungkasnya.(yn)