Jelang sholat Jum'at, Sarinah dan Patung Kuda sudah penuh massa. Ada rombongan aktifis Indonesia Bergerak, Perempuan NKRI, Warga Aquarium, Punk Muslim, Irena Center dan Mualaf, ILUNI, GPMI, Forkabi, PERSIS, FPI, Hamas, Anshorusyariah dan ratusan ribu mujahid yang datang dari seluruh penjuru Indonesia seperti Aceh, Sumbar, Medan, Palembang, Kalimantan, Madura, Makasar, Jawa Tengah, Tanjung Balai dan sebagainya.
Neno Warisman datang bersama Tim "Anak Sungai Jakarta" di sana. Mereka adalah warga korban penggusuran Ahok dari Kampung Kendi dan wilayah bantaran sungai. Mereka bawa sapu untuk membersihkan area unras dan sebagai bahasa simbol "warga Jakarta sapu Ahok".
Di sisi lain, para mujahid juga berkumpul di Masjid Istiqlal.
Di sana, sejak jam 10 pagi pimpinan GNPF (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa) MUI seperti Habib Rizieq, Ust Bachtiar Nasir, Ust Zaitun Rasmin, Ust Abdullah Syafii dsb memberikan pengarahan terbatas. Ust Arifin Ilham dan Aa Gym juga ada di sana. Pesan mereka: ini AKSI DAMAI dan harus menunjukkan akhlaqul karimah.
Selepas sholat Jumat, para mujahid mulai bergerak. Bunderan HI sampai Merdeka Barat dipadati satu juta pejuang. Laki dan perempuan. Masjid Istiqlal baru kosong di atas jam 3 sore. Diperkirakan, ada 200 ribu mujahid di Masjid Istiqlal saja. Jumlah total massa yang menyatu dalam ghirah mencapai 2,3 juta mujahid.
Di antara jutaan mujahid itu ada seorang kakek yang datang dari Malang menggunakan sepeda motor. Ada juga mujahid yang khusus datang mengikut aksi akbar ini dari Australia. Seorang mujahid Aceh menunda rencana pernikahan dan menggunakan dananya sebagai ongkos datang ke Jakarta, bergabung dalam barisan Umat Islam.
Imam Besar Masjid New York, Ust Shamsi Ali terbang dari Amerika dan ada di antara para pejuang muslim menuntut keadilan.
Gubernur NTB, Bapak Zainul Majdi memimpin mujahid Nusa Tenggara bergabung dalam aksi ini.
Selain tokoh seperti KH. Maaruf Amin, Prof Didin Hatidhuddin, Ust. Abu Jibril, Ust Bobby, Prof Nazaruddin Umar, Ust Ahmad Lutfi Fathullah, Ust. Tony Rosyid, Ust Haikal Hassan, Ust Erick Yusuf, Ust Fadlan Garamatan, Ribuan Ulama lain dan Jihadis, tampak pula figur nasional seperti Rahmawati Sukarnoputeri, Fadli Zon, Fahri Hamzah, Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet, Kiwil, Lucky Hakim dll. Aksi ini juga diikuti sekelompok mujahid tunanetra. Mereka saling berpegang pundak di tengah barisan mujahid.
Makanan dan minuman berlimpah. Semua orang saling bantu. Seorang pedagang lontong sayur menggratiskan dagangannya untuk para mujahid. Artis Peggy Melati Sukma menyumbang 2500 bungkus konsumsi. Jaya Suprana memberi sumbangan air minum. Selain begitu banyak pengusaha muslim ikut memberi bantuan konsumsi. Semuanya menyatu dalam satu spirit ghirah.
Jadi, bila KPK mengaudit aliran dana aksi ini sesuai arahan Pdt. Gilbert maka hasilnya pasti nihil. Sebelum aksi ini digelar, Pdt Gilbert menyebut dugaan adanya aliran dana Rp 100 Milyar. Saya kira itu tidak benar.
Hari itu udara cerah. Normal. Terik. Sumpah serapah Ahoker yang memohon agar Jakarta diguyur hujan badai hari ini tidak terkabul. Kabarnya, pihak Istana menugasi 12 dukun untuk menurunkan hujan badai. BMKG sudah meramalkan Jakarta akan hujan. Nyatanya, alam berkehendak lain.
Saya dan rombongan kecil etnis Tionghoa mulai bergerak di waktu yang sama. Naik busway menuju patung kuda.
Busway bergerak pelan. Jalan Hayam Wuruk mulai dipenuhi mujahid. Iring-iringan warga dan Laskar Luar Batang bergerak lebih cepat. Mereka baru saja mendatangi kompleks rumah Ahok di Pantai Mutiara. Seratus anggota Brimob bersenjata menghadang mereka.
Dari arah Jalan Gajahmada, rombongan umat juga mulai menyemut. Dari Jalan Kejayaan, Ketapang dan sekitarnya. Mereka membawa bendera Merah-Putih. Banyak sekali. Mujahid dari Masjid Kebon Jeruk dan pendekar Betawi dari Kartini juga tampak.
Jalan Majapahit ditutup. Kita turun di Harmoni dan belok kiri. Anak-anak GEMAHBUDI menggelar aksi pungut sampah. Diikuti sejumlah Mujahid. Rombongan Mujahid terhenti di sepanjang Jalan Juanda. Ada Laskar Luar Batang dan HMI di sana. Rupanya Jalan Veteran III diblokade aparat. Ditutup benteng tameng.
Saya dan Lieus Sungkharisma berinisiatif mendatangi petugas. Saya sempat teriak, "Rakyat hendak lewat, harap polisi tidak menghalangi".
Sontak sejumlah mujahid merapat dan berkerumun di belakang. Ada yang berteriak "Allahuakbar...!"
Lieus Sungkharisma minta izin agar blokade tameng dibuka. Komandan jaga terbatah-batah. Dia bilang dia hanya jalankan instruksi. Dia diberi tugas mengalihkan arus massa agar berputar lewat Jalan Veteran II.
Tiba-tiba Kapolda dan Pangdam muncul. Rupanya kedua pucuk pimpinan ada di lokasi ini. Sontak kami terkejut dengan kemunculan kedua komandan ini. Air muka mereka tegang, kikuk sekalipun sangat simpatik dan ramah.
Saya bisa memahami bila kedua komandan ini dalam kondisi sangat cemas.
Mereka menghadapi situasi genting. Salah langkah atau meleset sedikit bisa bikin republik berdarah-darah dan bubar. Ini pengumpulan massa terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Lebih besar dari rapat raksasa di Lapangan Ikada (19 September 1945) yang dihadiri 300 ribu orang.
Penistaan Surat Al Maidah dan proses hukum tidak jelas memicu aksi besar ini. Bila situasi tak terkendali dan meletus huru-hara, maka Ahok dan Presiden Jokowi adalah pihak yang paling bertanggung-jawab.
Lin Che Wei diharuskan berjalan kaki dari Kantor Kemenko Perekonomian. Akibat ruas jalan sekitar Lapangan Banteng ditutup dan lautan manusia. Lin menggambarkan, tidak ada slogan politik dan suasana rasial anti ras dan agama. Dia puji aksi akbar ini. Komnas HAM menyebut aksi GNPF MUI ini sebagai aksi paling beradab. Laskar FPI menjaga taman secara ketat. Sehingga tidak ada taman rusak yang bisa dijadikan bahan fitnah oleh Ahoker. Mujahid dari Bandung membawa tanaman dan diberikan kepada Pemda DKI Jakarta.
Ternyata, di sela-sela aksi jutaan umat Islam, ada sepasang pengantin yang sudah menjadwalkan upacara pemberkatan tanggal 4 November di Gereja Katedral. Para peserta aksi membuka jalan untuk pasangan pengantin ini. Kemungkinan besar, mereka adalah Ahoker. Mereka dilindungi. Tidak diusik.
Hanya wartawan media Metrotivi dan Kompas saja yang diusir.(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #ahok #zeng-wei-jian