Opini
Oleh Zeng Wei Jian pada hari Minggu, 20 Nov 2016 - 21:56:07 WIB
Bagikan Berita ini :

Gerakan Boikot Grab

50IMG_20161021_183136.jpg
Zeng Wei Jian (Sumber foto : Istimewa)

Salah satu type modern warfare adalah cyber boycott via viral labelling. Targetnya Taxi online Grab. Akibat dukungan terbuka Grab kepada Calon Gubernur-cum-Penista Alquran, Mr Ahok.

Gerakan boikot Grab ini mirip dengan boikot perusahaan Swiss Nestle, Juli 1977.

Iklan komersil Nestle soal pengganti ASI dianggap abusive. Especially terhadap LEDC (less economic develop countries aka negara miskin). "Aggressive marketing" Nestle ini bikin publik Amerika marah.

Di Jakarta, publik curiga ada unsur racial background di balik dukungan politik pemilik aplikasi Grab terhadap Ahok. Mungkin saja dugaan ini keliru (or benar). Sekalipun, relasi mutual simbiosis antara kapitalis dan politisi adalah common practice, namun ini masalah moral. Grab mendukung seorang penista agama.

Saya tidak tau berapa banyak user serempak uninstall aplikasi Grab. Saya salah satunya. Sekarang saya pake Uber, on my way to UBK (20/11/2016).

Bila kampanye Mecca Cola dan Qibla Cola menggantikan Coca-cola kurang berhasil, Boikot massal Grab ini bisa dianggap sukses. Grab merevisi dan meminta maaf kepada publik.

Bagi saya, ini sebuah fenomena menarik. Ternyata ini metode ampuh melawan klasse pemilik modal. Persis seperti analisa Ex Wagub Prijanto soal ketakutan media kehilangan iklan bila kritis terhadap Ahok.

Umat Islam, orang peduli, moralis dan nasionalist mesti mengintesifkan serangan. Soliditas anak bangsa mesti ditingkatkan. Lawan Ahok harus jadi agenda primer. Karena ada juga aksi boikot yang gagal.

Contohnya, Gerakan boikot Anti-Nazi Boycott tahun 1933 patah setelah Propaganda Minister Joseph Goebbels merilis serangkaian "sharp countermeasures" anti Jews Bussiness boycott.

Gerakan boikot kontra Yahudi melumpuhkan aktifitas bisnis pengusaha Yahudi di Jerman. Alhasil, Adolf Hitler semakin agresif melancarkan gerakan anti-semitisme.

Saya kira, gerakan massal semacam boikot Grab bisa dikembangkan. Targetnya, korporasi lain yang terkenal sebagai Ahok's backers. Isu "rush money" saja sanggup bikin Sri Mulyani kejet-kejet.

Kuncinya adalah solidifikasi, tersistematis dan masif. Gerakan Boikot produk Inggris (Swadesi) adalah salah satu faktor memerdekakan India dari kolonialisme Inggris. Selain tentu saja, gerakan bersenjata.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #ahok  #ahokdjarot  #zeng-wei-jian  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Badai Kecil Golkar dan Bahlil yang Jumawa

Oleh Ariady Achmad (Politisi Senior Partai Golkar, Mantan Anggota DPR RI dan Sahabat Dekat Gus Dur
pada hari Kamis, 14 Nov 2024
Golkar adalah partai politik yang memiliki jejak panjang dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Jatuh bangun, pahit getir telah dilalui sehingga menjadi salah satu partai politik yang matang dan ...
Opini

Prabowo dan Dilema yang Tidak Mudah Diselesaikan

Prabowo Subianto berada di persimpangan jalan yang kompleks dalam hubungannya dengan Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming. Kedua figur ini, terutama Gibran yang dikenal dengan julukan Fufufafa, ...