Salah satu type modern warfare adalah cyber boycott via viral labelling. Targetnya Taxi online Grab. Akibat dukungan terbuka Grab kepada Calon Gubernur-cum-Penista Alquran, Mr Ahok.
Gerakan boikot Grab ini mirip dengan boikot perusahaan Swiss Nestle, Juli 1977.
Iklan komersil Nestle soal pengganti ASI dianggap abusive. Especially terhadap LEDC (less economic develop countries aka negara miskin). "Aggressive marketing" Nestle ini bikin publik Amerika marah.
Di Jakarta, publik curiga ada unsur racial background di balik dukungan politik pemilik aplikasi Grab terhadap Ahok. Mungkin saja dugaan ini keliru (or benar). Sekalipun, relasi mutual simbiosis antara kapitalis dan politisi adalah common practice, namun ini masalah moral. Grab mendukung seorang penista agama.
Saya tidak tau berapa banyak user serempak uninstall aplikasi Grab. Saya salah satunya. Sekarang saya pake Uber, on my way to UBK (20/11/2016).
Bila kampanye Mecca Cola dan Qibla Cola menggantikan Coca-cola kurang berhasil, Boikot massal Grab ini bisa dianggap sukses. Grab merevisi dan meminta maaf kepada publik.
Bagi saya, ini sebuah fenomena menarik. Ternyata ini metode ampuh melawan klasse pemilik modal. Persis seperti analisa Ex Wagub Prijanto soal ketakutan media kehilangan iklan bila kritis terhadap Ahok.
Umat Islam, orang peduli, moralis dan nasionalist mesti mengintesifkan serangan. Soliditas anak bangsa mesti ditingkatkan. Lawan Ahok harus jadi agenda primer. Karena ada juga aksi boikot yang gagal.
Contohnya, Gerakan boikot Anti-Nazi Boycott tahun 1933 patah setelah Propaganda Minister Joseph Goebbels merilis serangkaian "sharp countermeasures" anti Jews Bussiness boycott.
Gerakan boikot kontra Yahudi melumpuhkan aktifitas bisnis pengusaha Yahudi di Jerman. Alhasil, Adolf Hitler semakin agresif melancarkan gerakan anti-semitisme.
Saya kira, gerakan massal semacam boikot Grab bisa dikembangkan. Targetnya, korporasi lain yang terkenal sebagai Ahok's backers. Isu "rush money" saja sanggup bikin Sri Mulyani kejet-kejet.
Kuncinya adalah solidifikasi, tersistematis dan masif. Gerakan Boikot produk Inggris (Swadesi) adalah salah satu faktor memerdekakan India dari kolonialisme Inggris. Selain tentu saja, gerakan bersenjata.(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #ahok #ahokdjarot #zeng-wei-jian