Opini
Oleh Zeng Wei Jian pada hari Rabu, 23 Nov 2016 - 20:41:55 WIB
Bagikan Berita ini :

Rush Money

84IMG_20161021_183136.jpg
Zeng Wei Jian (Sumber foto : Istimewa)

Rupanya, issue "money rush" jadi momok stabilitas. Indikatornya, sikap reaksioner Menteri Sri Mulyani dan Kapolri Tito. Penyeru issue ini dicari polisi. Katanya ada 70 akun. Mereka diburu sebagai provokator. Dosanya setara dengan penyeru aksi pembunuhan.

Ironisnya, seruan "money rush" bisa membunuh rezim ini. Presiden bisa jatuh akibat krisis sospol yang ditriger krisis ekonomi. Just like Mei 98. Semua itu bermula dari dugaan penistaan agama oleh seorang Ahok.

Ya, wacana rush money bisa sangat berbahaya bila menjadi praxis. Ini akan bisa menjadi apa yang dikatakan Franklin Allen sebagai "...small shocks have disproportionately large effects."

Reaksi berantai (chain reaction) dan sifat fragile economy mungkin yang ditakutkan Sri Mulyani. Ekonomi selalu dalam kondisi rentan krisis finansial yang ditriger oleh sejumlah faktor random external seperti tren stok market atau tahayul. Ekonomi juga bisa jatuh hanya karena dampak dari herd-mentality atau mob-mentality.

Aksi serempak menarik dana sanggup men-destabilisasi bank-bank hingga menyentuh titik kekurangan dana segar. Thus, mendadak bangkrut. Dengan demikian aksi serempak ini memicu "economic damage".

Bila itu terjadi, harganya tinggi sekali hanya karena seorang Ahok.

Mungkin, dampak sistemik dari aksi serempak menarik uang bisa dinetralisir bila gerakan money rush ditransformasi menjadi aksi "capital-flight". Yaitu, menutup rekening di bank-bank terindikasi owned by Ahok backers dan mentransfer dananya ke bank milik pemerintah.

Misalnya, publik menuding bank swasta A di mana sahamnya dimiliki Bos Tertentu sebagai salah satu dari "9 dragons" Prohok. Lalu, aksi capital flight dilakukan. Rame-rame mentransfer dana ke bank pemerintah atau bank-bank lain.

Sekali pun tidak ada rush money, hanya sekedar pemindahan dana, namun saya tidak bisa memperkirakan dampak besar (large effect) dari aksi kecil (small shock) ini. Walau pun, aksi ini bisa menurunkan margin deposit dan income si pemilik bank, namun belum tentu bisa bikin dia kapok dan membatalkan sikap Prohoknya. Seandainya dia Prohok.

Karena itu, saya tidak menganjurkan aksi ini. Takut dianggap sebagai provokator dan makar yang ada di google.

Sebaiknya, pemerintah segera memperlakukan Ahok seperti para tersangka penista agama sebelumnya. Jangan lagi mengistimewakan Ahok dengan alasan apa pun. Itu satu-satunya solusi damai untuk menghindari segala kemungkinan negatif yang berbahaya bagi negeri dan bangsa Indonesia.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #zeng-wei-jian  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Badai Kecil Golkar dan Bahlil yang Jumawa

Oleh Ariady Achmad (Politisi Senior Partai Golkar, Mantan Anggota DPR RI dan Sahabat Dekat Gus Dur
pada hari Kamis, 14 Nov 2024
Golkar adalah partai politik yang memiliki jejak panjang dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Jatuh bangun, pahit getir telah dilalui sehingga menjadi salah satu partai politik yang matang dan ...
Opini

Prabowo dan Dilema yang Tidak Mudah Diselesaikan

Prabowo Subianto berada di persimpangan jalan yang kompleks dalam hubungannya dengan Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming. Kedua figur ini, terutama Gibran yang dikenal dengan julukan Fufufafa, ...