Opini
Oleh Zeng Wei Jian pada hari Minggu, 08 Jan 2017 - 09:49:19 WIB
Bagikan Berita ini :

Air Mata Kampung Aquarium

99Zeng-Wei-Jian.jpg
Zeng Wei Jian (Sumber foto : Istimewa)

Sabtu, 07 Januari 2017, matahari bersinar terik. Sudah 10 bulan 300-an warga Kampung Aquarium hidup di atas puing.

Bulan April 2016, Gubernur Ahok mengirim ribuan tentara, polisi dan Satpol PP menggusur rumah-rumah mereka.

Hari ini Ketua Partai Gerindra, bapak Prabowo Subianto datang ke sana. Terik matahari sepanas bara api. Mantan Danjen Kopassus itu datang dalam kesunyian. Dia memberi instruksi agar media tidak diberitahu. Jangan ada pengerahan massa. Tidak ada pengawalan Satgas Garuda Yaksa. Dia ingin berdialog dengan warga, melihat secara langsung nasib mereka.

Namun ternyata, entah dari mana, gerombolan media mendadak tumpah ruah. Rupanya mereka "bersembunyi" di balik tenda-tenda darurat. Jurnalis menyerobot acara temu warga. Berdesak-desak. Meminggirkan warga.

M. Taufik (Ketua DPD Gerindra), ditemani Dharma Diani (warga) menyambut kedatangan bapak Prabowo.

Rombongan berjalan pelan. Tertatih-tatih. Terhalang barisan pasukan kamera. Drone bergesing di udara. Pa Prabowo bergerak ke area dalam, semakin masuk, melintasi puing-puing tajam bergelombang dan keras. Kayu-kayu, dolken, reruntuhan tembok, berbaur membentuk mozaik kehancuran. Serupa Allepo pasca digempur serdadu Rusia. Hancur. Hanya ada noda-noda kerusakan.

Pak Prabowo masuk ruang dalam tenda darurat. Sejumlah ibu berhamburan, memeluk Jenderal Bintang Tiga itu. Isak tangis sontak pecah. Tanpa sebab pasti. Seakan ada sesak dalam dada. Mereka tumpahkan itu kepada Sang Jenderal.

Segumpal sesak. Mereka meratap. Ironi nasib mereka. Berlinang air mata. Hendak berteriak. Mereka masih tidak mengerti. Mengapa Ahok melibas rumah mereka, merampas kehidupan mereka. Apa dosa mereka. Air mata mereka adalah permintaan tolong. Mereka orang kecil. Mereka manusia. Mereka tak berdaya.

Mata Pak Prabowo mulai basah. Dia menitikan air mata. Mereka menangis bersama.

Di luar tenda, Anies Baswedan telah tiba di lokasi. Raut muka Anies tampak sedih. Ada semacam kegalauan. Saya rasa, dia prihatin. Ini kali pertama Anies melihat langsung kondisi Kampung Aquarium pasca dibombardir pasukan penggusur Ahok.

Kepada rakyat, dalam orasinya, Anies bilang bahwa kejadian semacam penggusuran ini tidak boleh terulang lagi di masa depan.

Ya, kita butuh gubernur sekaligus pemimpin yang memiliki hati nurani. Bukan seorang fasis. Bukan seorang penindas si lemah, sekaligus kacung para taipan dan bos properti.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #zeng-wei-jian  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Badai Kecil Golkar dan Bahlil yang Jumawa

Oleh Ariady Achmad (Politisi Senior Partai Golkar, Mantan Anggota DPR RI dan Sahabat Dekat Gus Dur
pada hari Kamis, 14 Nov 2024
Golkar adalah partai politik yang memiliki jejak panjang dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Jatuh bangun, pahit getir telah dilalui sehingga menjadi salah satu partai politik yang matang dan ...
Opini

Prabowo dan Dilema yang Tidak Mudah Diselesaikan

Prabowo Subianto berada di persimpangan jalan yang kompleks dalam hubungannya dengan Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming. Kedua figur ini, terutama Gibran yang dikenal dengan julukan Fufufafa, ...