JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Sekitar dua bulan menjelang Pilkada DKI digelar, ratusan pengurus dan kader PDIP DKI malah memilih hengkang. Mereka adalah simpatisan partai berlambang Banteng Moncong Putih Jakarta Barat (Jakbar) yang menolak mendukung tersangka penista Agama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Padahal, selama ini Jakbar disebut-sebut sebagai salah satu basis atau lumbung utama suara PDIP di Ibu Kota Jakarta. Setidaknya hal itu tercermin pada perolehan suara PDIP pada Pilgub DKI 2012, Pileg, dan Pilpres 2014 silam.
Kondisi kian runyam, karena mayoritas tokoh dan pentolan partai besutan Megawati Soekarnoputri di Jakbar itu memutuskan untuk mendukung pasangan Cagub dan Cawagub nomor urut 3, Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Mantan Bendahara Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Jakbar M Sakrad menjelaskan alasan mesin PDIP di akar rumput pecah berantakan dan menolak keputusan DPP PDIP mendukung petahana Ahok-Djarot.
Pertama, keputusan penunjukkan Ahok tidak sesuai mekanisme partai, baik rekomendasi enam DPC maupun melalui pendaftaran penjaringan yang di DPP.
"Katanya aspirasi dari bawah (DPC, Ranting dan simpatisan PDI), tapi nyatanya diabaikan dan 'digusur'. Ternyata tetap mendukung Mister bro Ahok," kata Sakrad usai secara resmi mendeklarasikan dukungan ke Anies-Sandi, di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sabtu (3/12/2016).
Kedua, lanjut dia, keputusan pemegang hak prerogatif DPP Megawati Soekarno bertolak belakang dengan hati nurani kader di Jakbar.
Kemudian, yang ketiga, selama memimpin Ibu Kota, Ahok kerap bertindak semena-semena dan beringas terhadap wong cilik di DKI, dan itu tidak sesuai dengan janji kampanyenya pada Pilkada DKI 2012 silam.
"Katanya bakal membangun Jakarta baru yang lebih humanis, kampung deret. Tapi faktanya, justru membuat warga menjerit dan menangis," jelas Sakrad.
Senada dengan Sakrad, mantan Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) PDIP Kebon Jeruk, Muhammad Ranto mengaku sedih dengan kondisi partainya saat ini yang terpecah-belah. "Jujur saya sangat sedih. kondisi (di akar rumput) sekarang karut marut," kata Ranto.
Pasalnya, menurut Ranto, saat ini banyak kader PDIP yang mengincar jabatan tanpa mau melalui prosedur yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART).
"Saya 'dirampok' kepengurusan saya oleh oknum-oknum yang tidak jelas," ungkapnya.
Ranto lantas menyindir Ketua DPC PDI-P Jakbar Siegvrieda Lauwani dan anggota DPRD DKI dapil Jakbar Merry Hotma, lantaran tak bersikap atas insiden yang menerpanya.
"Mereka tidak perhatian dengan partai, partai dibiarkan rusak," ungkap dia.(ris)